kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   -2.000   -0,13%
  • USD/IDR 15.869   11,00   0,07%
  • IDX 7.309   113,55   1,58%
  • KOMPAS100 1.124   19,29   1,75%
  • LQ45 895   17,87   2,04%
  • ISSI 222   1,95   0,88%
  • IDX30 458   9,42   2,10%
  • IDXHIDIV20 552   12,65   2,34%
  • IDX80 129   1,95   1,53%
  • IDXV30 137   2,69   2,00%
  • IDXQ30 153   3,46   2,32%

Kejar penurunan angka stunting di 2024, BKKBN gandeng berbagai mitra


Senin, 06 September 2021 / 18:56 WIB
Kejar penurunan angka stunting di 2024, BKKBN gandeng berbagai mitra
ILUSTRASI. Kolaborasi Cegah Stunting: Kepala BKKBN Hasto Wardoyo berbincang dengan President Director KALBE Nutritionals Ongkie Tedjasurjadan Dirut PT Medika Komunika Teknologi Dino Bramanto di Jakarta, Selasa (4/5).


Reporter: Ratih Waseso | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo mengungkap, waktu untuk mencapai target penurunan prevalensi stunting di Indonesia semakin mepet.

Oleh karenanya, pihaknya menyusun berbagai strategi dalam percepatan penurunan stunting di Indonesia. Dimana Presiden Jokowi telah mengeluarkan Peraturan Presiden (Perpres) Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2021 Tentang Percepatan Penurunan Stunting.

Pada Perpres tersebut berisi lima pilar strategi nasional. Pertama, peningkatan komitmen dan visi kepemimpinan di kementerian/lembaga, pemerintah provinsi, pemerintah daerah kabupaten/kota, sampai tingkat desa dan kelurahan.

Kedua adalah peningkatan komunikasi perubahan perilaku dan pemberdayaan masyarakat.

Baca Juga: Kalbe Nutritionals gandeng All Data International untuk turunkan angka stunting

Ketiga, peningkatan konvergensi intervensi spesifik dan intervensi sensitif di kementerian dan lembaga, pemerintah provinsi, pemerintah daerah kabupaten/kota, dan pemerintah desa.

Keempat, peningkatan ketahanan pangan dan gizi pada tingkat individu, keluarga, dan masyarakat. Terakhir, penguatan dan pengembangan sistem, data, informasi, riset, dan inovasi.

"Tentu kita tidak ingin dalam bentuk wacana karena waktunya ini sudah mepet tinggal dua setengah tahun untuk menurunkan 27,6% menjadi 14%. Jadi betul-betul mepet waktunya karena bulan Juli-Juni 2024 sudah close dihitung berapa stunting," kata Hasto dalam Preskon Virtual BKKBN akhir pekan kemarin.

Dalam mengatasi masalah stunting di Indonesia, BKKBN juga bekerjasama dengan dengan Kementerian dan lembaga, swasta, akademisi, dan stakeholder lainnya. Misalnya kerjasama dengan Kementerian PUPR dalam mengatasi stunting ialah dengan program pembangunan sarana air bersih dan sanitasi serta pembangunan rumah tidak layak huni.

Tak hanya Kementerian PUPR, Hasto juga mengatakan BKKBN juga bekerjasama dengan Kementerian Pertanian dalam upaya penyediaan pangan bergizi.

Baca Juga: ​Ini panduan memberikan MPASI anak usia 6 bulan hingga 2 tahun

"Menteri Pertanian membuat arahan untuk membantu BKKBN ini akan lebih ke Indonesia timur seperti NTT Papua kemudian Maluku. Saya diminta untuk menentukan kabupaten mana sampai di tingkat kecamatan dan saya sudah menyiapkan data itu mana yang nanti menjadi fokus untuk stunting," ungkapnya.

Dari pendataan yang dilakukan BKKBN terdapat 17.000 keluarga yang memiliki risiko tinggi untuk dilakukan pendampingan pencegahan terjadinya stunting.

"Jadi pendataan ada keluarga ada 70 juta keluarga. Nah berapa yang akan didampingi yang berisiko tinggi stunting? kurang lebih 17 juta keluarga. Itu hitungan saya, jadi keluarga baru nikah 2 juta, yang sedang hamil 5 juta, keluarga dengan anak satu tahun 5 juta, keluarga anaknya kurang dari 2 tahun tapi lebih satu tahun ada 5 juta," paparnya.

Hasto mengatakan, pihaknya juga telah berkomunikasi dengan Menteri Kesehatan mengenai inovasi adanya aplikasi seperti PeduliLindungi untuk mengetahui potensi-potensi stunting sejak dini.

Baca Juga: Ini panduan MPASI pertama untuk anak usia 6 bulan

"Kenapa kita nggak bikin seperti pedulilindungi tapi khusus untuk stunting dan Pak Menteri Kesehatan sangat setuju untuk mendukung BKKBN membuat semacam pedulilindungi untuk stunting," imbuhnya.

Dengan aplikasi tersebut diharapkan akan dilakukan pencatatan kondisi bayi saat baru lahir secara real time. Nantinya kondisi bayi mulai dari berat badan, tinggi badan, hingga lingkar kepala harus dilaporkan lewat aplikasi. Hasto menyebut, saat ini dalam mengatasi stunting tak dapat mengandalkan pendataan berjenjang yang memakan waktu lama.

"Saya bisa melihat berapa bayi yang lahir yang ukurannya di bawah standar dan alamatnya di mana. Ini yang kita ingin lakukan untuk mencegah supaya tidak telat mengetahui stunting. Jadi 1.000 hari kehidupan pertama sudah diketahui jika ada potensi stunting," ujarnya.

Selanjutnya: Sorgum Hingga Kelor, Nikmatnya Kuliner Khas Nusa Tenggara Timur

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×