kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   -13.000   -0,85%
  • USD/IDR 16.209   -29,00   -0,18%
  • IDX 7.108   11,47   0,16%
  • KOMPAS100 1.063   0,60   0,06%
  • LQ45 836   0,73   0,09%
  • ISSI 215   0,25   0,12%
  • IDX30 427   0,78   0,18%
  • IDXHIDIV20 516   2,16   0,42%
  • IDX80 121   -0,02   -0,01%
  • IDXV30 125   -0,09   -0,07%
  • IDXQ30 143   0,32   0,23%

KEIN: Indonesia tak punya industri dasar yang kuat


Minggu, 20 Agustus 2017 / 12:26 WIB
KEIN: Indonesia tak punya industri dasar yang kuat


Reporter: Ghina Ghaliya Quddus | Editor: Rizki Caturini

KONTAN.CO.ID - Pertumbuan ekonomi Indonesia di kuartal II 2017 tidak setinggi negara-negara tetangga semisal Filipina atau Malaysia. Ekonomi Indonesia tumbuh stagnan di angka 5,01% di kuartal II 2017 dibanding kuartal sebelumnya. 

Sementara Filipina yang pada kuartal II berhasil mencatat pertumbuhan 6,5% dibanding kuartal I 2017 Adapun pertumbuhan ekonomi Malaysia pada kuartal II mencapai 5,8%. Realisasi ini cukup mengejutkan di tengah kondisi politik Malaysia yang tidak begitu stabil.

Wakil Ketua Komite Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN) Arif Budimanta berpendapat, ke depannya harus dilakukan satu skenario yang lebih presisi dalam rangka mendorong neraca dagang agar ekspor tumbuh. Pasalnya, Indonesia walaupun ekspor, tetap ada tekanan terhadap impor karena bahan baku yang masih impor.

“Kita tidak punya basis industri dasar yang kuat. Contohnya industri pengemasan yang bahan dasarnya dari karbon, sebagian impor. Walaupun ada, tapi tidak cukup untuk dalam negeri. Harus ada afirmasi memperbesar industri sehingga neraca positifnya besar dan bisa dongkrak pertumbuhan ekonomi,” ucapnya di Jakarta, Sabtu (19/8).

Indonesia sejatinya  memiliki daya saing yang relatif lebih baik ketimbang Filipina apabila melihat dari indikator-indikator competitiveness yang disusun World Economic Forum. Namun, investasi yang masuk ke Indonesia lebih banyak yang tidak berorientasi ekspor.

Oleh karena itu, investasi yang masuk ke Indonesia harus ditransformasi untuk menghasilkan dua hal, yakni barang-barang substitusi impor dan barang-barang yang bisa diekspor. “Bukan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri semata. Ini lebih penting. Kalau tidak kita akan mengalami situasi sama dari waktu ke waktu,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×