kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kegiatan usaha lebih baik, tapi manufaktur cerminkan konsumsi lemah


Kamis, 11 Januari 2018 / 21:16 WIB
Kegiatan usaha lebih baik, tapi manufaktur cerminkan konsumsi lemah
ILUSTRASI. Ilustrasi daya beli - diskon belanja ritel - pusat perbelanjaan


Reporter: Adinda Ade Mustami | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Meski lebih rendah dibanding kuartal ketiga, kegiatan usaha kuartal keempat tahun 2017 lebih baik dibanding periode yang sama pada tahun 2016. Namun, masih ada satu hal yang menjadi perhatian, yaitu di sektor pengolahan atau manufaktur.

Membaiknya kegiatan dunia usaha tercermin dari Saldo Bersih Tertimbang (SBT) hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang dilakukan Bank Indonesia (BI) pada kuartal keempat tahun 2017 sebesar 7,4%, lebih tinggi dibanding kuartal keempat 2016 sebesar 3,13%. Bahkan, nilai itu juga lebih baik dibanding kuartal keempat 2015 yang sebesar 3,02%.

Sayangnya, sektor pengolahan justru menurun. SBT sektor pengolahan di kuartal keempat 2017 terkontraksi 0,08%. Padahal di kuartal keempat 2016 SBT sektor ini masih tumbuh positif sebesar 1,44%.

Ekonom Samuel Aset Manajemen Lana Soelistianingsih mengatakan, penurunan kegiatan usaha pada sektor manufaktur tersebut mengkhawatirkan. Artinya, ada perlambatan produksi di kuartal keempat 2017 yang lebih besar dibanding kuartal keempat tahun sebelumnya.

Penyebabnya lanjut Lana, bisa karena stok pengusaha yang masih banyak sehingga tidak perlu melakukan produksi dalam jumlah yang lebih banyak. Tetapi bisa juga karena permintaan yang melemah.

"Tetapi kalau melihat kondisi penjualan ritel November 2017 yang pertumbuhannya lebih rendah dibanding November 2016, meski secara bulanan membaik, maka itu menunjukkan demand yang masih lemah," kata Lana kepada KONTAN, Kamis (11/1).

Artinya pula lanjut dia, perbaikan kegiatan dunia usaha kuartal keempat 2017 dibanding 2016 didorong oleh sektor lainnya. Utamanya, sektor pertanian serta sektor pertambangan dan penggaloan.

"Sayangnya sektor-sektor itu adalah sektor yang di luar kontrol kita. Sementara yang dipengaruhi oleh kondisi domestik ya sektor manufaktur itu tadi," tambah dia.

Dengan indikasi permintaan masyarakat yang masih lemah itu, Lana memproyeksi pertumbuhan konsumsi kuartal keempat tahun ini hanya ada di kisaran 4,92%-4,93%. Sementara itu, pertumbuhan ekonomi kuartal keempat diperkirakan hanya akan mencapai angka 5,07% sehingga pertumbuhan ekonomi sepanjang 2017 sebesar 5,05%.

Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual menilai, sektor pengolahan harus didorong untuk masuk pasar luar negeri. Apalagi, kondisi permintaan dari dalam negeri belum sepenuhnya pulih.

Jika industri pengolahan didorong untuk berorientasi ekspor, maka akan meningkatkan ekspor Indonesia. Pada akhirnya, Indonesia bisa naik kelas dari middle income trap.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×