Reporter: Margareta Engge Kharismawati | Editor: Dikky Setiawan
JAKARTA. Lembaga pemeringkat utang Standard & Poor's (S&P) menetapkan peringkat utang Indonesia tetap pada level BB+ dengan outlook stabil. Lembaga tersebut yakin kebijakan ekonomi Indonesia pasca pemilihan presiden (pilpres) tetap berkesinambungan dengan kebijakan sebelumnya.
Dalam siaran pers S&P yang diterima KONTAN menyebutkan, kebijakan fiksal dan ekonomi Indonesia secara luas akan terus berlanjut. Lembaga peringkat asal Amerika ini beranggapan hasil pilpres Juli 2014 nanti tidak akan berdampak signifikan terhadap kebijakan fiskal pemerintah.
Artinya, kebijakan akan tetap berkesinambungan ke arah pengetatan. Di sisi lain, S&P melihat pada pendapatan ekonomi Indonesia per kapita yang masih lemah.
Diprediksi, pendapatan per kapita Indonesia hanya US$ 3,32 pada tahun 2014. "Ini adalah satu dari faktor negatif untuk peringkat rating," ujar S&P dalam siaran persnya, Senin (28/4).
Selain mencerminkan tingkat pendapatan ekonomi yang masih rendah, peringkat utang BB+ ini mencerminkan perkembangan kondisi struktural dan kelembagaan. Lingkungan kebijakan yang relatif lemah serta meningkatnya pengaruh eksternal.
Indonesia memulai petumbuhan dari basis yang terendah. Depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menurunkan dominasi dolar terhadap PDB per kapita. S&P melihat butuh waktu empat hingga lima tahun bagi Indonesia untuk meningkatkan ekonomi negara.
Itu pun, jika tren pertumbuhan terus berlanjut dan tanpa depresiasi signifikan pada rupiah. Inisiatif reformasi Indonesia terhambat pada beberapa area seperti pasar tenaga kerja. Faktor ini yang akan menghambat investasi infrastruktur serta potensi pertumbuhan Indonesia.
Harapan Menkeu
Menteri Keuangan Chatib Basri mengaku pemerintah sebenarnya berharap peringkat Indonesia bisa naik karena satu-satunya lembaga peringkat yang memberikan investment grade adalah S&P. Namun dengan situasi sekarang ini, mendapatkan peringkat stabil pun sudah bagus.
"Buat saya enam bulan lalu bisa mengatur (ekonomi) saja itu sudah sesuatu yang bagus," ujar Chatib, Selasa (29/4). Fiskal Indonesia dianggap baik dan kebijakan makro ekonomi pun dilihat baik.
Kebijakan ekonomi ketat memang masih akan menjadi pilihan pemerintah. Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo pun mengatakan penetapan peringkat S&P merupakan pengakuan atas komitmen Indonesia dalam menempatkan stabilitas sebagai prioritas.
Stabilitas menjadi pilihan di tengah kondisi ekonomi global yang masih dipenuhi ketidakpastian. Ke depannya, BI akan tetap menjaga komitmen dalam menjaga perekonomian dan sistem keuangan dengan mengadopsi kebijakan yang konsisten.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News