Reporter: Siti Masitoh | Editor: Tri Sulistiowati
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Kebijakan baru pengenaan tarif bea masuk perdagangan atau tarif timbal balik (resiprokal) minimal 10% oleh Presiden Amerika Serikat (AS), dinilai tak hanya merugikan banyak negara, namun terhadap perekonomian AS sendiri.
Untuk diketahui, Indonesia dikenakan tarif timbal balik sebesar 32%. Beberapa negara lainnya yakni, China sebesar 34%, Uni Eropa 20%, Kamboja 49%, Vietnam 46%, Sri Lanka 44%, Bangladesh 37%, Thailand 36%, Taiwan 32%.
Ekonom Senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef) M. Fadhil Hasan menilai, kebijakan ini akan memberikan dampak negatif bagi perekonomian AS dalam jangka menengah dan panjang.
“Misalnya mendorong inflasi yang tinggi, dan terhadap biaya hidup masyarakat AS itu sendiri. Saat Presiden Jimmy Carter memimpin AS (1977-1981) terjadi stagflasi dan kemudian menjadikan AS resesi,” tutur Fadhil dalam agenda Diskusi Indef, Jumat (4/4).
Baca Juga: Indonesia Kena Tarif Timbal Balik Trump 32%, Kadin: Pintu Negosiasi Masih Terbuka
Meski demikian, Fadhil juga melihat terdapat skenario lain dari kebijakan tarif perdagangan AS ini. Kemungkinan, perekonomian AS juga bisa tumbuh akibat kebijakan ini. Syaratnya, negara lain yang dikenakan tarif perdagangan oleh AS, merespon kebijakan Trump.
“Sehingga kalau misalnya, negara yang dikenakan tarif melakukan retaliasi sama dengan apa yang dilakukan Trump, misalnya mengenakan tarif yang tinggi terhadap produk AS, dan kemudian AS melakukan balasan lagi, maka akan terjadi perang dagang secara global,” jelasnya.
Lebih lanjut, Fadhil menambahkan, apabila suatu negara saling melakukan retaliasi atau melakukan tindakan pembalasan tarif kepada AS, maka resesi global akan terjadi.
Akan tetapi, apabila ada kesepakatan dari negara dengan AS yang dikenakan tarif resiprokal oleh Trump, dan terjadi kesepakatan yang menguntungkan semua pihak, maka perekonomian global akan terjadi pertumbuhan ekonomi yang lebih baik.
“Namun sampai sekarang tidak ada yang bisa memastikan skenario mana yang akan terjadi. Namun respon jangka pendek capital market di AS dan Asia terhadap kebijakan Trump ini negatif. Jadi kemungkinan terjadi skenario pertama (resesi),” tandasnya.
Setidaknya ada 160 negara dan wilayah yang dikenakan tarif oleh AS. Ini daftar lengkapnya,
Baca Juga: Sejarah Kelam Terulang? Begini Dampak Mengerikan dari Kebijakan Tarif Trump di AS
1. China: 34%
2. Uni Eropa:20%
3. Vietnam: 46%
4. Taiwan: 32%
5. Jepang: 24%
6. India: 26%
7. Korea Selatan: 25%
8. Thailand: 36%
9. Swiss: 31%
10. Indonesia: 32%
11. Malaysia: 24%
12. Komboja: 49%
13. Inggris: 10%
14. Afrika Selatan: 30%
15. Brasil: 10%
16. Bangladesh: 37%
17. Singapura: 10%
18. Israel: 17%
19. Filipina: 17%
20. Chile: 10%
21. Australia: 10%
22. Pakistan: 29%
23. Turki: 10%
24. Sri Langka: 44%
25. Kolombia: 10%
26. Peru: 10%
27. Nikaragua: 18%
28. Norwegia: 15%
29. Kosta Rika: 10%
30. Jordan: 20%
31. Republik Dominika: 10%
32. Uni Emirat Arab: 10%
33. Selandia Baru: 10%
34. Argentina: 10%
35. Ekuador: 10%
36. Guatemala: 10%
37. Honduras: 10%
38. Madagaskar: 47%
39. Myanmar: 44%
40. Tunisia: 28%
41. Kazakhstan: 27%
42. Serbia: 37%
43. Mesir: 10%
44. Arab Saudi: 10%
45. El Savador: 10%
46. Pantai Gading: 21%
47. Laos: 48%
48. Botswana: 37%
49. Trinidad dan Tabago: 10%
50. Maroko: 10%
51. Algeria: 30%
52. Oman: 10%
53. Uruguay: 10%
54. Bahamas: 10%
55. Lesotho: 50%
56. Ukraina: 10%
57. Bahrain: 10%
58. Qatar: 10%
59. Mauritius: 40%
60. Fiji: 32%
61. Islandia: 10%
62. Kenya: 10%
63. Liechtenstein: 37%
64. Guyana: 38%
65. Haiti: 10%
66. Bosnia-Herzegovina: 35%
67. Nigeria: 14%
68. Namibia: 21%
69. Brunei: 24%
70. Bolivia: 10%
71. Panama: 10%
72. Venezuela: 15%
73. Makedonia Utara: 33%
74. Ethiopia: 10%
75. Ghana: 10%
76. Moldova: 31%
77. Angola: 32%
78. Republik Demokratik Kongo: 11%
79. Jamaika: 10%
80. Mozambik: 16%
81. Paraguay: 10%
82. Zambia: 17%
83. Lebanon: 10%
84. Tanzania: 10%
85. Irak: 39%
86. Georgia: 10%
87. Senegal: 10%
88. Azerbaijan: 10%
89. Kamerun: 11%
90. Uganda: 10%
91. Albania: 10%
92. Armenia: 10%
93. Nepal: 10%
94. Sint Maarten: 10%
95. Kepulauan Falkland: 41%
96. Gabon: 10%
97. Kuwait: 10%
98. Togo: 10%
99. Suriname: 10%
100. Belize: 10%
101. Papua Nugini: 10%
102. Malawi: 19%
103. Liberia: 10%
104. British Virgin Islands: 10%
105. Afganistan: 10%
106. Zimbabwe: 18%
107. Benin: 10%
108. Barbados: 10%
109. Monako: 0%
110. Suriah: 41%
111. Uzbekistan: 10%
112. Republik Kongo: 10%
113. Jibuti: 10%
114. Polinesia Prancis: 10%
115. Kepulauan Cayman: 10%
116. Kosovo: 10%
117. Curaçao: 10%
118. Vanuatu: 22%
119. Rwanda: 10%
120. Sierra Leone: 10%
121. Mongolia: 10%
122. San Marino: 10%
123. Antigua dan Barbuda: 10%
124. Bermuda: 10%
125. Eswatini: 10%
126. Kepulauan Marshall: 10%
127. Saint Pierre dan Miquelon: 50%
128. Saint Kitts dan Nevis: 10%
129. Turkmenistan: 10%
130. Grenada: 10%
131. Sudan: 10%
132. Kepulauan Turks dan Caicos: 10%
133. Aruba: 10%
134. Montenegro: 10%
135. Saint Helena: 10%
136. Kirgistan: 10%
137. Yaman: 10%
138. Saint Vincent and Grenadines: 10%
139. Niger: 10%
140. Saint Lucia: 10%
141. Nauru: 30%
142. Guinea Khatulistiwa: 13%
143. Iran: 10%
144. Libya: 31%
145. Samoa: 10%
146. Guinea: 10%
147. Timor Leste: 10%
148. Monstserrat: 10%
149. Chad: 13%
150. Mali: 10%
151. Sao Tome dan Príncipe: 10%
152. Pulau Norfolk: 29%
153. Gibraltar: 10%
154. Tuvalu: 10%
155. Teritori Inggris di Samudra Hindia: 10%
156. Tokelau: 10%
157. Guinea-Bissau: 10%
158. Svalbard dan Jan Mayen: 10%
159. Pulau Heard dan Kepulauan McDonald: 10%
160. Réunion: 37%
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News