Sumber: Kompas.com | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Penyelidik Kejaksaan Agung mempertimbangkan tiga hal mengenai tidak kunjung hadirnya mantan Ketua DPR Setya Novanto dan pengusaha Muhammad Riza Chalid dalam penyelidikan perkara pemufakatan jahat untuk meminta saham PT Freeport Indonesia.
"Kalau memang enggak hadir lagi ketiga kali, kami akan ambil sikap," ujar Jaksa Agung Muda Pidana Khusus Arminsyah, Jumat (20/1).
"Apakah analisis kami cukup adanya unsur pidana atau tidak ada unsur pidana, atau didalami lagi," kata dia.
Ketika ditanya apakah mungkin penyelidik Jampidsus meningkatkan status perkara itu dari penyelidikan ke penyidikan tanpa harus meminta keterangan Novanto dan Chalid, Arminsyah tidak mau berandai-andai.
"Lihat saja nantilah bagaimana," ujar dia.
Arminsyah mengatakan, ketidakhadiran Novanto dan Chalid sangat mengganggu penyelidikan. Sebab, penyelidik jadi kekurangan informasi.
Oleh sebab itu, dalam waktu ke depan, pihaknya akan segera memutuskan sikap yang diambil.
Kejaksaan Agung menyelidiki dugaan korupsi lewat pemufakatan jahat yang dilakukan Setya dan Riza Chalid. Tindakan itu diduga dilakukan saat Novanto-Chalid bertemu dengan PT Freeport Indonesia.
Unsur korupsi melalui pemufakatan jahat itu dengan mencatut nama Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla diatur dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
Penyelidik Jampidsus telah memanggil Novanto dua kali. Sementara itu, Chalid sudah dipanggil tiga kali.
Namun, hingga saat ini, belum ada seorang pun di antara mereka yang memenuhi panggilan. (Fabian Januarius Kuwado)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
