kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.871.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.445   -75,00   -0,45%
  • IDX 7.107   66,36   0,94%
  • KOMPAS100 1.034   12,73   1,25%
  • LQ45 806   9,73   1,22%
  • ISSI 223   1,91   0,86%
  • IDX30 421   5,94   1,43%
  • IDXHIDIV20 502   10,81   2,20%
  • IDX80 116   1,41   1,23%
  • IDXV30 120   2,66   2,27%
  • IDXQ30 138   2,04   1,50%

Kasus Anas Perebutan Menyusun DCS


Sabtu, 02 Maret 2013 / 11:36 WIB
Kasus Anas Perebutan Menyusun DCS
ILUSTRASI. Perawatan Mudah untuk Cegah Kerutan Wajah di Usia 20 Tahun


Reporter: Amal Ihsan Hadian | Editor: Amal Ihsan

JAKARTA. Perseteruan antara bekas Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum dan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) adalah persoalan kewenangan dalam menyusun Daftar Calon Anggota Legislatif Sementara (DCS).

"Andaikan nggak ada DCS, nggak akan ada kejadian yang menghebohkan ini. Itu yang ingin diambil alih SBY (sebagai Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat). Kalau tidak ada DCS , nggak akan ada ini. Prioritas sekarang adalah siapa yang menguasi DCS," ujar wartawan senior KOMPAS Budiarto Sambhazy, dalam diskusi bertajuk 'Efek Anas Makin Panas' di Warung Daun Cikini, Jakarta, Sabtu (2/3/2013).

Menurut Baz, sapaan akrbanya, kasus korupsi yang menerpa Anas Urbaningrum hanya lah bunga-bunga semata dalam perebutan kewenangan DCS. Cuma, Budiarto pesimis akan keberanian Anas dalam membuka dalam membuka borok Demokrat seperti yang dijanjikannya.

Bekas Ketua Umum Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) itu dinilai tidak akan seberani Nazaruddin, bekas bendahara Umum Partai Demokrat, dalam membeberkan kasus korupsi di tubuh Demokrat. "Dokumen-dokumen sudah keluar dari dulu. Sejak dulu Nazaruddin sudah bilang sekjen (Edhi Baskoro Yudhoyono) terlibat," kata Baz. 

Tribunnews.com

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×