kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.620.000   14.000   0,87%
  • USD/IDR 16.305   -40,00   -0,25%
  • IDX 7.109   35,72   0,50%
  • KOMPAS100 1.044   5,37   0,52%
  • LQ45 824   5,99   0,73%
  • ISSI 212   -0,11   -0,05%
  • IDX30 427   5,07   1,20%
  • IDXHIDIV20 512   6,64   1,31%
  • IDX80 119   0,49   0,41%
  • IDXV30 122   1,03   0,85%
  • IDXQ30 140   1,68   1,21%

Kaltim & Riau disiapkan jadi kawasan hijau CPO


Kamis, 08 Oktober 2015 / 12:12 WIB
Kaltim & Riau disiapkan jadi kawasan hijau CPO


Reporter: Handoyo | Editor: Adi Wikanto

JAKARTA. Pemerintah berniat menyulap wilayah Kalimantan Timur (Kaltim) dan Duri, Riau, menjadi kawasan ekonomi hijau produk minyak kelapa sawit atau crude palm oil (CPO) dan turunannya.

Langkah ini dilakukan untuk mendongkrak dan memaksimalkan penggunaan CPO.

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Rizal Ramli menyatakan, pengembangan kawasan hijau CPO ini menjadi yang pertama di dunia.

"Biasanya yang ada itu green industry," katanya, Rabu (7/10).

Potensi CPO untuk menjadi bahan baku industri dan sumber energi yang ramah lingkungan menjadi salah satu pertimbangan pembentukan kawasan hijau ini.

Apalagi saat ini, pemanfaatan minyak sawit baru sebatas sebagai bahan campuran solar. Kedepan, CPO dapat dapat dimanfaatkan untuk bahan baku campuran bensin premium.

Dengan penggunaan seperti itu, nilai tambah CPO berlipat 10-15 kali lipat dibandingkan dengan harga jual CPO.

CPO juga bisa digunakan sebagai pengganti bahan bakar pesawat terbang (avtur) sehingga nilai tambahnya meningkat menjadi 15-20 kali lipat.

"Jet fuel dari CPO lebih bagus dibandingkan avtur, dari sisi aspek lingkungannya," ujar Rizal.

Rizal menargetkan, dalam lima tahun ke depan, industri yang bakal memberikan nilai tambah tinggi dari produksi minyak sawit ini dapat terwujud.

"Kami dalam proses awal. Tahun depan, proyeknya dimulai," terang Rizal.

Optimisme akan berkembangnya industri kelapa sawit ini lantaran adanya kesepakatan antara pemerintah Indonesia dan Malaysia untuk menjalin kerjasama hulu-hilir kelapa sawit.

Sekretaris Jenderal Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Togar Sitanggang bilang, pihaknya mendukung langkah kedua negara dalam mengembangkan industri sawit.

"Kami produsen, yang menentukan dan melakukan kontrol bukan konsumen," ujar Togar.

Sebagai catatan, saat ini Indonesia dan Malaysia memiliki porsi produksi minyak sawit mencapai 85% di dunia. Jumlah tersebut setara dengan 50 juta ton per tahun.

Dengan perincian, 32 juta ton berasal dari Indonesia, dan 18 juta ton dihasilkan Malaysia.

Sebelumnya, guna meningkatkan sektor sawit di kedua negara, pemerintah Indonesia dan Malaysia sepakat membuat perjanjian guna mendorong persawitan dunia.

Pertama, dimulai dengan pembentukan dewan minyak sawit negara-negara produsen atau council of palm oil producing countries (CPOPC).

Kedua, harmonisasi standar sertifikasi minyak sawit yang dimiliki Indonesia dan Malaysia.

Ketiga, bekerjasama dalam kegiatan promosi tentang produk minyak sawit yang ramah lingkungan.

Keempat, bekerjasama dalam kegiatan riset dan pengembangan industri minyak sawit.
 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Bond Voyage Mastering Strategic Management for Business Development

[X]
×