Reporter: Lidya Yuniartha | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Prompt Manufacturing Index (PMI) Bank Indonesia pada kuartal I tercatat sebesar 52,62%. Indeks ini sedikit lebih tinggi dari PMI triwulan IV 2018 yang sebesar 52,58%. Ini menunjukkan kinerja industri manufaktur di triwulan I 2019 mengalami ekspansi.
Wakil Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia bidang hubungan internasional Shinta Kamdani menilai, peningkatan PMI-BI di kuartal I tahun ini lebih dikarenakan oleh faktor meningkatnya konsumsi domestik khususnya karena bulan puasa yang lebih awal serta adanya persiapan pemilu.
"Ini terlihat dari subsektornya yang naik yaitu kertas, barang cetakan dan makanan minuman. Yang satu sektor naik karena imbas pemilu, yang satu lagi karena produsen harus menjaga persediaan barang saat ramadan, karena pada saat ini konsumsi masyarakat naik.," ujar Shinta kepada Kontan.co.id, Kamis (11/4).
Berdasarkan laporan BI, subsektor industri kertas dan barang cetakan menjadi sektor yang mengalami peningkatan paling tinggi. Subsektor ini berhasil indeks sebesar 54,06%.
Sementara subsektor lain seperti industri makanan, minuman dan tembakau sebesar 52,19% juga subsektor industri semen dan barang galian bukan logam sebesar 50,53%.
Menurut Shinta, kesulitan yang dihadapi adalah melanjutkan ekspansi sektor manufaktur yang tengah terjadi. Apalagi, indeks beberapa subsektor masih di bawah 50% seperti tekstil, barang kulit dan alas kaki yang sebesar 49,42% juga barang kayu dan hasil hutan lainnya yang masih sebesar 47,61%.
"Padahal mereka adalah sektor unggulan kita untuk ekspor. Artinya, PMI kita naik karena sektor konsumsi domestik, sedangkan supaya resilient semua sektor sebaiknya positif setidaknya di atas 50," jelas Shinta.
Menurut Shinta, untuk mendorong indeks sektor-sektor yang berorientasi ekspor bisa di atas 50%, cara yang bisa dilakukan adalah dengan menaikkan permintaan, misalnya dengan perluasan akses pasar, mendorong perjanjian perdagangan, serta diversifikasi produk dan lainnya.
Melihat peningkatan di kuartal I, Shinta memperkirakan PMI-BI di kuartal II akan tetap mencatat kenaikan, meski masih didorong oleh konsumsi domestik. Meski begitu, dia pun berharap kenaikan PMI di kuartal II didorong peningkatan permintaan global. "Semoga demand global mulai ada peningkatan lagi," ujar Shinta.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News