Reporter: Lidya Yuniartha | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Prompt Manufacturing Index (PMI) Bank Indonesia pada kuartal I tercatat sebesar 52,62%. Indeks ini sedikit lebih tinggi dari PMI triwulan IV 2018 yang sebesar 52,58%. Ini menunjukkan kinerja industri manufaktur di triwulan I 2019 mengalami ekspansi.
Menanggapi hal ini, Kepala Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual mengatakan adanya kenaikan indeks PMI - BI ini adalah hal yang wajar.
Menurutnya peningkatan ini disebabkan permintaan atas barang meningkat sebab pasokan yang menurun dan peningkatan konsumsi jelang pemilu dan antisipasi jelang puasa dan lebaran.
"Kelihatannya memasuki awal tahun ada peningkatan karena sebelumnya banyak yang menahan produksi karena pasokannya masih besar. Sekarang sudah relatif turun, mereka order lagi sehingga produksi meningkat. Apalagi ada pemilu dan puasa dan lebaran, jadi saya pikir peningkatan dalam periode itu wajar saja," terang David kepada Kontan.co.id, Kamis (11/4).
Tak hanya itu, peningkatan kinerja sektor manufaktur ini pun disebabkan nilai tukar rupiah yang stabil. Stabilnya nilai tukar rupiah membuat operasional manufaktur lebih baik.
"Terutama bagi mereka yang membutuhkan bahan baku impor. Struktur industri kita memang masih dominan bergantung pada bahan baku impor," tambah David.
Dengan membaiknya kondisi eksternal dan internal, seperti perang dagang serta akan berakhirnya pemilihan umum pekan depan, David pun memperkirakan kinerja manufaktur Indonesia masih akan terus mengalami perbaikan.
Menurutnya, dengan ketidakpastian eksternal maupun internal yang mereda akan membuat tingkat kepercayaan konsumen dan pebisnis kembali meningkat.
Dia berharap, di kuartal II, permintaan akan lebih besar karena daya beli masyarakat yang stabil serta adanya kenaikan gaji aparatur sipil negara.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News