Reporter: Ghina Ghaliya Quddus | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Bulan Juni diperkirakan menjadi puncak inflasi tahun ini apabila pemerintah tidak bisa mengendalikan harga bahan pangan jelang hari raya Lebaran.
Sedikit menengok ke belakang, pada tahun lalu menjelang Lebaran, harga daging lompat dua kali lipat. Ekonom PT Samuel Asset Management Lana Soelistianingsih menilai, hal seperti inilah yang harus diredam oleh pemerintah agar inflasi tidak melompat tinggi.
“Bila kejadian seperti ini tidak ada, mungkin inflasi bisa 0,8%-1%,” jelasnya.
Nah, bila inflasi memuncak, dia memperkirakan, pertumbuhan ekonomi kuartal II tidak bisa mencapai 5,26%. Apabila tidak tercapai, maka akan sulit untuk memenuhi target pertumbuhan ekonomi 5,1% untuk full year 2017. Apalagi untuk RAPBNP 2017, pemerintah mengasumsikan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,3%.
“Kuartal kedua ini adalah momen penentu. Khawatirnya sulit menembus 5,26% di kuartal II melihat adanya penyesuaian tarif dasar listrik di awal Mei yang juga mendorong inflasi pada Juni,” ucapnya.
Namun secara keseluruhan menurut Lana, setiap ada THR baik PNS maupun pegawai swasta akan membantu konsumsi rumah tangga lebih tinggi di kuartal II tahun ini, tetapi kenaikannya tidak lebih tinggi dari tahun lalu yang mencapai 5,2%. Konsumsi rumah tangga diperkirakan hanya akan berada di kisaran 5,01%-5,03%.
“Melihat penjualan April, trennya melambat. Memang ada THR, tetapi Juni ada tahun ajaran baru, kemudian mudik, sehingga ada potensi naik tapi tidak tinggi,” katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News