CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.470.000   4.000   0,27%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Jokowi: Neraca Dagang dengan China Akan Surplus pada Tahun Ini


Rabu, 07 September 2022 / 10:12 WIB
Jokowi: Neraca Dagang dengan China Akan Surplus pada Tahun Ini
ILUSTRASI. Presiden Joko Widodo menyampaikan pidato saat memimpin Rapat Koordinasi Nasional Pengawasan Intern Pemerintah tahun 2022 di Istana Negara, Jakarta, Selasa (14/6/2022). ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay/rwa.


Reporter: Bidara Pink | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Presiden RI Joko Widodo memastikan, Indonesia akan mencetak surplus neraca perdagangan dengan China pada tahun 2022, setelah selama ini neraca perdagangan dengan negara tirai bambu tersebut selalu mencatat defisit. 

Seperti pada tahun 2014, defisit neraca perdagangan dengan China terpantau defisit hingga US$ 13 miliar. Namun, defisit neraca perdagangan dengan China makin turun pada tahun 2021 menjadi US$ 2,4 miliar. 

“Saya pastikan pada tahun ini akan ada surplus dengan China. Saya pastikan itu,” tegas Jokowi dalam acara Sarasehan 100 Ekonom Indonesia: Normalisasi Kebijakan Menuju Pemulihan Ekonomi Indonesia, Rabu (7/9). 

Menurut Jokowi, keuntungan neraca perdagangan dengan China pada tahun ini seiring dengan kebijakan pemerintah untuk melarang ekspor beberapa komoditas dalam bentuk mentah (raw material). 

Baca Juga: Jokowi akan Lantik Azwar Anas Sebagai Menpan-RB, Siang Ini?

Seperti kita ketahui, Indonesia berencana melarang ekspor bahan mentah produk pertambangan pada tahun 2022 secara bertahap, seperti bauksit, tembaga, emas, lalu timah. 

Selain akan membalikkan tren defisit neraca perdagangan dengan China menjadi surplus, Jokowi juga optimistis akan ada nilai tambah bila kebijakan larangan ekspor bahan mentah ini dilakukan. Menurut hitungannya, mungkin bisa ada nilai tambahan lebih dari US$ 30 miliar. 

“Kalau stop ekspor barang mentah, kira-kira muncul angka (nilai tambah) di atas US$ 30 miliar. Entah dari nikel, entah dari tembaga, entah dari bauksti, tetapi saya pastikan itu,” tandasnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×