Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Noverius Laoli
Misalnya saja di Inggris, parlemen telah menyetujui budget JETP senilai US$ 1 miliar di mana dana ini seharusnya sudah diamankan dari jauh-jauh hari.
Dalam catatan Kontan, Inggris sudah menegaskan kesiapannya untuk mendukung program JETP Indonesia, termasuk di antaranya melalui World Bank Guarantee senilai US$ 1 miliar. Fasilitas tersebut akan memungkinkan Indonesia untuk meningkatkan tingkat pinjaman berdasarkan ketentuan Bank Dunia hingga US$ 1 miliar.
Kemudian kalau Jepang, dimungkinan pendanaan disalurkan melalui Japan International Cooperation Agency (JICA). Saat ini sudah ada komitmen pendanaan dari JICA ke sejumlah proyek PLN.
Baca Juga: Ekonomi Inggris Jatuh ke Dalam Resesi, Jadi Tantangan Berat Bagi Rishi Sunak
"Pendanaan JICA bisa masuk lewat technical assistant (TA) atau penyiapan proyek. Jadi bukan uang kas dikasih, tetapi macam-macam instrumennya," jelas Fabby.
Selain Inggris dan Jepang, beberapa ahli juga memprediksi Amerika juga tidak kebal dari resesi.
Meski begitu, Fabby menyatakan tantangan pendanaan dari Negara Paman Sam bukan karena resesi, tetapi lebih kepada pada sistem pencairan bantuan bilateral yang harus mengantongi izin kongres.
"Saya melihat resesi tidak punya dampak terhadap pendanaan JETP tapi lebih kepada komitmen mereka untuk melaksanakan komitmen tanpa ada banyak restriksi," ujar Fabby.
Meski kondisi saat ini belum terlalu berdampak, Fabby mengingatkan, jika kondisi resesi makin serius pendanaan dari negara lain akan berkurang. Hal ini sejalan dengan upaya negara untuk mendorong pertumbuhan ekonomi di negaranya.
"Kalau resesi kan pendapatan negara berkurang. Jadi menurut saya yang harus diwaspadai dengan kondisi resesi masih mungkin terjadi komitmen pendanaan untuk semuanya akan berkurang," tandasnya.
Oleh karenanya, Fabby mendorong agar pemerintah Indonesia tidak terlalu ketergantungan terhadap bantuan internasional.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News