Reporter: Barratut Taqiyyah | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Pengamat Intelijen Wawan Purwanto meminta adanya kewaspadaan dalam negeri menyusul peringatan Tragedi WTC 11 September 2001 silam di Amerika Serikat. Ia melihat potensi munculnya gerakan radikalisme dan terorisme tetap ada karena saat ini masih banyak kelompok-kelompok yang sedang menyusun kekuatannya.
"Pergerakan tetap ada perlu diwaspadai mereka tetap menyusun kekuatan. Mereka bergerilya berkoordinasi dengan pihak-pihak nah ini memang perlu diketahui lokasi-lokasi mana saja yang digunakan dan dijadikan sasaran baru serangan mereka,"ujar Wawan, Sabtu(10/9/2011).
Menurut Wawan, Daftar Pencarian Orang(DPO) polisi tercatat masih banyak. Kelompok-kelompok yang rawan akan melakukan gerakan radikalisme dan terorisme diketahui masih ada.
Seperti misalnya, DPO yang belum tertangkap, Kelompok Poso,Kelompok Plumpang, Palembang, dan Jawa Tengah. Selain itu di Jawa Timur, Aceh dan kelompok Saifuddin Zuhri juga masih belum berhasil dilakukan penangkapan.
"Jumlahnya belasan orang, di Jatim masih puluhan lalu kelompok Saifuddin Zuhri, di Aceh masih banyak belum tertangkap mereka masih bergerak,"jelasnya.
Para DPO tersebut lanjut Wawan terus menerus melakukan konsolidasi agar tidak leluasa ditangkap, termasuk upaya menggalang kekuatan-kekuatan beberapa pihak terutama mereka yang sudah keluar dari tahanan.
"Mereka melakukan contact-contact secara bawah tanah, keluar dari tahanan dan itu juga kelompok mereka,"jelas Wawan.
Karena itulah Wawan menyarankan kepada pihak keamanan dalam hal ini Polri maupun TNI, menjelang peringatan Tragedi 11 September agar dilakukan pengamanan rutin di titik-titik yang dianggap rawan seperti objek-objek vital negara. Mereka juga harus mempersiapkan banyak rencana cadangan untuk mengantisipasi pola-pola gerakan radikalisme dan terorisme tersebut.
"Menurut saya pengamanan rutin dilakukan ya, titik mana yang menjadi skala prioritas dan tempat-tempat yang rawan, bagaimana skala prioritasnya, ada plan A, Plan B dan Plan C ini perlu ada antisipasi,mereka kan sering mengubah sasaran,"jelasnya.
Hal terpenting yang tidak ketinggalan tambah Wawan, aparat keamanan juga harus mewaspadai serangan-serangan yang ditujukan kepada diri mereka sendiri. Belajar dari pengalaman di Hamparan Perak ataupun tempat-tempat lainnya, kelompok-kelompok ini kerap menjadikan aparat keamanan seperti polisi dan TNI sebagai sasaran untuk ajang balas dendam.
"Sekarang itu justru yang tidak boleh lupa jadi prioritas adalah keamanan sendiri, atau pribadi, aparat keamanan jadi sasaran karena mereka dianggap yang menghalang-halangi,"pungkasnya. (Willy Widianto/Tribunnews)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News