kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Jaga rupiah agar tak melorot tajam, BI menangkan lelang DNDF US$ 74 juta


Selasa, 11 Desember 2018 / 20:22 WIB
Jaga rupiah agar tak melorot tajam, BI menangkan lelang DNDF US$ 74 juta
ILUSTRASI. Logo Bank Indonesia (BI)


Reporter: Benedicta Prima | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rupiah kembali melemah di kisaran Rp 14.600. Berdasarkan data Jakarta Interspot Dollar Rate (JISDOR), rupiah bertengger di level Rp 14.613 per dollar Amerika Serikat (AS) pada Selasa (11/12). Bila dibanding sehari sebelumnya, rupiah melemah 0,66% dibanding sehari sebelumnya yang sebesar Rp 14.517 per dollar AS. 

Sementara itu, di pasar spot, rupiah ditutup pada level Rp 14.608, melemah 0,37% dari sehari sebelumnya yang ada di level Rp 14.553 per dollar AS.

Untuk memastikan rupiah tidak melemah terlalu tajam, Bank Indonesia (BI) melakukan intervensi di pasar Domestic Non-deliverable Forward (DNDF), pasar spot, dan pembelian Surat Berharga Negara (SBN) di pasar sekunder.

"Pemenang lelang DNDF sebesar US$ 74 juta dari target indikatif US$ 30 juta," ungkap Nanang Hendarsah, Kepala Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia (BI).

Sedangkan pembelian SBN yang dilakukan BI secara tahun kalender berjalan total Rp 106,4 triliun. Di pasar sekunder sebesar Rp 31,7 triliun, di pasar primer Rp 74,7 triliun. Kepemilikan oleh BI per Desember tercatat Rp 216,5 triliun.

"Kami masih memerlukan tambahan akumulasi SBN untuk digunakan sebagai instrumen moneter," ungkapnya.

Nanang menjelaskan hampir seluruh mata uang Asia ditutup melemah. 

Menjelang akhir tahun ini stabilitas rupiah kembali mendapat ujian karena meningkatkanya ketidakpastian ekonomi global. Kondisi meningkatnya kembali tensi sengketa dagang, proses penyelesaian Brexit yang masih penuh tantangan, serta mundurnya Gubernur bank sentral India menjadi penyebab utamanya.

Dalam perkembangan terakhir rencana PM Inggris Theresa May menunda voting EU Withdrawal Agreement di Parlemen Inggris karena kurangnya dukungan dari anggota Parlemen menyebabkan mendorong pelemahan tajam mata uang poundsterling (GBP).

"Sentimen negatif di emerging market juga dipicu pengunduran diri Gubernur Reserve Bank of India yg semakin meningkatkan ketidakpastian ekonomi India," ungkapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×