Reporter: Adinda Ade Mustami | Editor: Dikky Setiawan
JAKARTA. Badan Pusat Statistik (BPS) merilis Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia tahun lalu sebesar 69,55. Angka tersebut memang telah mencapai target dalam anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) 2015, namun masih stagnan.
IPM merupakan indikator penting untuk mengukur keberhasilan dalam upaya membangun kualitas hidup manusia. IPM menjelaskan bagaimana penduduk dapat mengakses hasil pembangunan dalam memperoleh pendapatan, kesehatan, pendidikan, dan sebagainya.
Kepala BPS Suryamin mengatakan, kenaikan IPM tahun lalu merupakan kenaikan tertinggi sejak tahun 2010 silam.
Suryamin mengatakan, pada tahun 2011, IPM naik 0,84% dibanding tahun sebelumnya, pada tahun 2012 IPM naik 0,9% dibanding tahun sebelumnya, dan pada tahun 2013 IPM naik 0,91% dibanding tahun sebelumnya.
Sementara pada tahun 2014 IPM naik 0,87% dibanding tahun sebelumnya dan pada tahun 2015 IPM naik 0,94% dari tahun sebelumnya.
Meski sejak tahun 2010 hingga 2015 IPM Indonesia menujukkan kemajuan yang besar, namun status pembangunan manusia Indonesia masih stagnan.
"Pembangunan manusia Indonesia masih berstatus sedang," kata Suryamin dalam konferensi pers di kantornya, Rabu (15/6). Status tersebut sama sejak tahun 2010.
Kenaikan IPM tahun lalu disebabkan oleh kenaikan tiga dimensi pembentuknya. Pertama, angka harapan hidup saat lahir yang merepresentasikan dimensi umur panjang dan hidup sehat pada tahun lalu meningkat menjadi 70,78, dari tahun sebelumnya yang sebesar 70,59.
Kedua, dimensi umur panjang, yang terbentuk oleh dua indikator, yaitu harapan lama sekolah sebesar 12,55%, naik 1,31% dari tahun sebelumnya dan rata rata lama sekolah 7,84% sebesar, naik 1,42% dari tahun sebelumnya.
Ketiga, dimensi standar hidup layak yang dilihat dari pengaluaran per kapita pada tahun lalu sebesar Rp 10,150 juta atau tumbuh 2,49% dari tahun sebelumnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News