kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.468.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Investasi yang Masuk Banyak di Sektor Padat Modal, Serapan Tenaga Kerja Jadi Rendah


Minggu, 30 April 2023 / 06:15 WIB
Investasi yang Masuk Banyak di Sektor Padat Modal, Serapan Tenaga Kerja Jadi Rendah


Reporter: Siti Masitoh | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat, realisasi Penanaman Modal Asing (PMA) pada kuartal I 2023 mencapai Rp 177 triliun, tumbuh 20,2% dari periode sama tahun lalu.

Sayangnya dari realisasi investasi tersebut, hanya mampu menyerap 384.892 Tenaga Kerja Indonesia (TKI). Meningkat sebesar 16,5% dibanding dengan periode yang sama pada 2022 dan menyerap tenaga kerja Indonesia sebanyak 384.892 orang.

Meski begitu, serapan tenaga kerja tersebut masih jauh jika dibandingkan dengan realisasi investasi yang masuk.

Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia mengatakan, serapan investasi ke padat modal masih mendominasi pada investasi yang sudah masuk jika dibandingkan dengan padat karya. Hal ini menyebabkan serapan tenaga kerja yang dihasilkan tidak sebesar yang diharapkan.

Baca Juga: Realisasi Investasi di Luar Pulau Jawa Kini Mendominasi, Ini Sebabnya

“Memang idealnya kalau investasinya padat karya antara realisasi nominal angka harus berbanding lurus dengan penciptaan lapangan kerja yang optimal. Tetapi investasi yang masuk di kita sekarang kan tidak padat karya. Investasi kita ini semuanya high teknologi,” tutur Bahlil dalam konferensi pers, Jumat (28/4).  

BKPM mencatat, serapan investasi ke padat modal diantaranya, Industri Logam Dasar, Barang Logam, Bukan Mesin dan Peralatannya yang realisasinya mencapai Rp 46,7 triliun. Di sektor kimia dan farmasi realiasinya mencapai Rp 22,6 triliun.

Kemudian di sektor pertambangan yang umumnya aktivitas pekerjaannya menggunakan mesin realisasinya mencapai Rp 33,5 triliun.

“ Sektor industri logam dasar dan lainnya, serta industri farmasi ini enggak bisa di apa-apakan ini teknologi semua. Pertambangan ini juga pakai mesin semua, jadi tenaga kerja cuma operator saja.  Di Freeport operator tambang sudah pakai robot semua operatornya manusia. Jadi begitu canggih sekarang,” tambahnya.

Meski begitu, Bahlil mengatakan, pemerintah tetap berusaha untuk menciptakan lapangan kerja baru sebanyak-banyaknya. Dia mengatakan, sektor padat karya akan banyak terserap oleh pelaku UMKM.

Baca Juga: Realisasi Investasi di Kuartal I 2023 Mencapai Rp 328,9 Triliun, Naik 16,5%

“Ini saja sudah maksimal, jadi ada pekerjaan yang dikerjakan oleh orang kita kasih ke orang jangan semua teknologi, meski ada plus minusnya,” jelasnya.

Dia memaklumi, pengusaha biasanya hanya fokus pada profit yang dihasilkan. Selain itu, pekerjaan yang dibantu dengan robot biasanya lebih cepat jika dibandingkan tenaga manusia. Meski begitu, Bahlil mendorong agar sebisa mungkin pekerjaan yang masih bisa dikerjakan oleh manusia, lebih didahulukan.

“Ini 384.892 itu tenaga kerja langsung. Kalau tenaga kerja asing dari total realisasi investasi hanya ada 5.334 orang atau 2% nya saja,” imbuhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×