kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.606.000   15.000   0,94%
  • USD/IDR 16.290   0,00   0,00%
  • IDX 7.257   75,31   1,05%
  • KOMPAS100 1.072   13,85   1,31%
  • LQ45 846   11,73   1,41%
  • ISSI 216   3,00   1,41%
  • IDX30 435   5,37   1,25%
  • IDXHIDIV20 520   7,40   1,44%
  • IDX80 122   1,62   1,34%
  • IDXV30 124   0,62   0,50%
  • IDXQ30 143   2,07   1,47%

Ini penyebab penurunan realisasi investasi kuartal III-2018 menurut ekonom Indef


Selasa, 30 Oktober 2018 / 20:42 WIB
Ini penyebab penurunan realisasi investasi kuartal III-2018 menurut ekonom Indef
ILUSTRASI. Paparan realisasi investasi penanaman modal PMDN-PMA


Reporter: Lidya Yuniartha | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Realisasi investasi selama periode kuartal III-2018 turun 1,6% dari kuartal III-2017 menjadi Rp 173,8 triliun. Dari realisasi investasi tersebut, Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat realisasi penanaman modal asing (PMA) sebesar Rp 89,1 triliun turun 20% dari kuartal III 2017.

Ekonom Institute For Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira mengatakan, ada beberapa alasan mengapa investasi cenderung turun. Salah satunya adalah investor asing yang menahan diri untuk membenamkan modalnya di negara berkembang.

"Jadi masalahnya memang semua emerging market sedang berebut dana investor yang terbatas. Kenaikan bunga acuan Fed, fenomena super dollar, perang dagang dan instabilitas geopolitik membuat realisasi investasi tertunda," tutur Bhima kepada Kontan.co.id, Selasa (30/10).

Menurut Bhima, adanya pemilihan umum di Indonesia dan India di tahun mendatang membuat para investor memilih mengalihkan dananya ke safe haven seperti dollar, yen juga treasury bond.

Sementara, penanaman modal dalam negeri (PMDN) di kuartal III-2018 justru meningkat sebesar 30,5% dibandingkan tahun lalu menjadi Rp 84,7 triliun. Menurut Bhima, PMDN yang meningkat ini membuktikan kepercayaan investor domestik masih baik.

"Ada pemilu mereka tetap investasi karena outlooknya jangka panjang dan exposure risiko valas relatif kecil dibanding investor PMA," tutur Bhima.

Meski begitu, Bhima memandang masih ada masalah di daerah dan biaya logistik. Pasalnya, belum ada kesinkronan antara pemerintah pusat dan daerah. Terkadang realisasi investasi di daerah masih terhambat oleh regulasi daerah meski perizinan di pusat sudah semakin cepat. 

Tak hanya itu, biaya logistik juga masih cukup tinggi atau setara 25% dari produk domestik bruto lantaran infrastruktur di kawasan industri yang belum optimal. 
Menurut Bhima, kedua hal ini harus menjadi perhatian pemerintah supaya investasi dapat terus berkembang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Bond Voyage Mastering Strategic Management for Business Development

[X]
×