kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.577.000   13.000   0,83%
  • USD/IDR 16.407   -68,00   -0,42%
  • IDX 7.140   60,03   0,85%
  • KOMPAS100 1.060   6,42   0,61%
  • LQ45 834   7,00   0,85%
  • ISSI 213   0,06   0,03%
  • IDX30 430   4,47   1,05%
  • IDXHIDIV20 513   5,63   1,11%
  • IDX80 121   0,69   0,57%
  • IDXV30 125   0,60   0,48%
  • IDXQ30 141   1,25   0,89%

Ini kinerja perusahaan BUMN yang kinerjanya dinilai cemerlang dan negatif


Selasa, 19 November 2019 / 14:11 WIB
Ini kinerja perusahaan BUMN yang kinerjanya dinilai cemerlang dan negatif
ILUSTRASI. Erick Thohir. REUTERS/Aly Song


Sumber: Kompas.com | Editor: Handoyo

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Erick Thohir tengah merombak seluruh struktur penjabat yang ada di lingkungan kerjanya. Ini termasuk perusahaan-perusahaan pelat merah. Hal ini dia lakukan untuk mempercepat gerak BUMN agar lebih positif di mata publik. 

Beberapa pejabat eselon I pun harus dialihkan ke perusahaan-perusahaan BUMN untuk menyegarkan kinerja perseroan. Seluruh perseroan BUMN memang dibenahi kinerjanya, mulai dari operasional hingga keuangan. 

Baca Juga: Menteri BUMN Erick Thohir pangkas jabatan deputi

Meski dalam pembenahan, dari segi kinerja terdapat beberapa perusahaan BUMN masuk kategori juara, apa saja? 

Senior Vice President Royal Investium Sekuritas, Janson Nasrial menyebut, sektor perbankan, telekomunikasi, dan konstruksi milik BUMN masih mendominasi memberikan kinerja positif. Tetapi, sektor perbankan yang paling mendongkrak. 

"Kalau melihat kinerja keuangannya secara tiga sampai lima tahun terakhir. Namun, kalau dari konsistensi performa kurun 10 tahun, masih perbankan yang mendominasi. Sektor tersebut sudah melalui transisi yang tidak mudah pasca krismon (krisis moneter) tahun 98," ujar Janson kepada Kompas.com, Selasa (19/11). 

Baca Juga: Bisa berujung perombakan direksi, evaluasi pada 142 BUMN ditargetkan selesai di 2020

Sektor perbankan, lanjut dia, dilihat dari aspek rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio), keuntungan (RoE dan RoA) adalah yang paling tertinggi di Asia Pasifik. 
Adapun rasio kredit bermasalah atau Non Performing Loan (NPL) sebesar 2,7%. Angka persentase tersebut menurutnya, masih jauh di bawah standar internasional yang rata-rata sebesar 5%. 

"Namun dua sampai tiga tahun terakhir, karena pertumbuhan PDB (Produk Domestik Bruto) Indonesia turun, profit growth juga turun. Namun ketiga bank BUMN masih paling konsisten performanya. Profit growth semua emiten baik BUMN maupun swasta memang turun karena seiring dengan turunnya pertumbuhan GDP Indonesia," katanya. 

Baca Juga: Wall Street naik, investor menunggu kejelasan negosiasi dagang



TERBARU
Kontan Academy
Bond Voyage Mastering Strategic Management for Business Development

[X]
×