kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45934,39   6,03   0.65%
  • EMAS1.335.000 1,06%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Inflasi rendah, daya beli petani semakin meningkat


Senin, 02 Juli 2018 / 13:32 WIB
Inflasi rendah, daya beli petani semakin meningkat
ILUSTRASI. Petani Melakukan Panen Cabai Rawit di Parakan


Reporter: Adinda Ade Mustami | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Daya beli petani Indonesia makin meningkat. Indikasi ini tercermin dari nilai tukar petani (NTP) pada bulan Juni 2018 yang melanjutkan kenaikan dari bulan sebelumnya. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, NTP Juni 2018 sebesar 102,4, naik 0,55% dibanding bulan sebelumnya.

Untuk diketahui, NTP merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan atau daya beli petani di perdesaan. Semakin tinggi NTP, secara relatif semakin kuat pula tingkat kemampuan atau daya beli petani.

Meski demikian, berbeda dengan bulan sebelumnya yang seluruh subsektor NTP meningkat, kali ini, kenaikan NTP hanya terjadi di empat subsektor saja. Empat subsektor yang dimaksud yaitu subsektor tanaman pangan yang meningkat 0,09%, hortikultura naik 0,01%, peternakan 0,74%, dan subsektor perikanan naik 0,68%.

Sementara subsektor perkebunan rakyat turun 0,78%. Penurunan ini karena penurunan indeks harga yang diterima petani. Padahal indeks harga yang dibayar petani meningkat. "Komoditas yang mempengaruhi kelapa sawit yang turun harganya, kakao, kopi, dan cengkeh," kata Kepala BPS Suhariyanto, Senin (2/7).

Direktur Statistik Harga BPS Yunita Rusanti menambahkan, kenaikan NTP, terutama NTP tanaman pangan disebabkan oleh indeks yang diterima petani lebih tinggi karena dipengaruhi oleh kenaikan harga-harga sejumlah komoditas, seperti beras, ubi jalar, dan ubi kayu. "Sedangkan indeks yang dibayar petani dipengaruhi oleh inflasi pedesaan yang rendah, sebesar 0,33%," imbuh Yunita.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×