Reporter: Adinda Ade Mustami | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Tampaknya tren deflasi yang sudah berlangsung selama dua bulan terakhir tidak berlanjut ke Maret 2015. Bank Indonesia (BI) memproyeksikan, bulan ini bakal terjadi inflasi dengan kisaran 0,27% hingga 0,3%.
Gubernur BI Agus Martowardojo menyatakan, kalau perkiraan inflasi bank sentral tersebut terbukti, ini merupakan angka inflasi Maret terbesar selama tujuh tahun belakangan. "Memang, sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata inflasi di bulan Maret selama tujuh tahun terakhir. Tujuh tahun terakhir rata-rata inflasi ada di kisaran 0,21%," katanya kemarin.
Menurut Agus, penurunan harga daging dan telur ayam ras yang menyumbang deflasi pada Februari lalu tak cukup untuk menciptakan deflasi di Maret ini. Faktor lain yang bakal memecut laju inflasi bulan ini: kenaikan harga beras, bawang merah, dan bahan bakar minyak (BBM).
Kementerian Perdagangan mencatat, di awal Maret terjadi kenaikan harga beras medium di tingkat nasional menjadi Rp 10.636 per kilogram (kg), dari sebelumnya Rp 9.746 per kg pada Februari lalu. Sedang harga bawang merah pada 23 Maret melonjak 38,76% dibanding Februari jadi Rp 29.681 per kg.
Kemudian, harga BBM juga naik per 1 Maret. Harga premium naik Rp 200 per liter menjadi Rp 6.900 per liter untuk wilayah Jawa-Bali. Pertamax dan sejenisnya juga naik dua kali sepanjang Maret, masing-masing Rp 200 dan Rp 300 per liter.
Saat ini harga Pertamax Rp 8.600 per liter, naik dari bulan lalu yang hanya Rp 8.100 per liter. Sementara, pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) yang terjadi selama dua pekan sebelumnya tidak bakal berdampak besar atas inflasi Maret.
Pasalnya, kurs mata uang garuda mengalami penguatan sepanjang pekan lalu. Meski tertinggi selama tujuh tahun terakhir, Agus bilang, prediksi angka inflasi Maret tersebut masih tergolong wajar dan terkendali. Dalihnya, ada kebijakan pemerintah serta koordinasi yang baik antara pemerintah pusat dan daerah untuk mengendalikan harga barang dan jasa.
Inflasi tetap terjaga
Apalagi, enam paket kebijakan pemerintah untuk menekan defisit neraca transaksi berjalan alias current account deficit (CAD) akan berlaku mulai April besok. Karena itu, BI memproyeksikan, laju inflasi tahun ini akan tetap terjaga dalam rentang 4% plus minus 1%. "Komitmen pemerintah melakukan reformasi struktural, menjaga fiskal agar senantiasa berkesinambungan, dan membuat transaksi berjalan lebih baik, efeknya sangat positif,” ujar Agus.
Lana Soelistianingsih, ekonom Samuel Aset Manajemen, menilai, kenaikan bahan makanan menjadi salah satu penyumbang terbesar Indeks Harga Konsumen (IHK) yakni 20%. Pelemahan kurs rupiah juga berkontribusi gede terhadap IHK, sebesar 30%. Efek pelemahan rupiah ini berasal dari makanan jadi, obat-obatan, dan sandang.
Itu sebabnya, Lana meramalkan, inflasi selama Maret bisa lebih tinggi lagi, mencapai 0,4%. Untuk inflasi tahun ini diperkirakan 3,58%. Catatannya, tidak ada kenaikan harga BBM yang signifikan. "Kalau BBM naik sampai Rp 8.500 per liter, itu warning. Kalau harga minyak kembali ke US$ 80–US$ 100 per barel, itu bahaya. Tapi, saya perkirakan harganya tidak sampai setinggi itu," tambah Lana.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News