Reporter: Bidara Pink | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pergerakan inflasi inti melandai pada November 2022. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, inflasi inti pada November 2022 sebesar 0,15% secara bulanan atau 3,3% secara tahunan.
Ini menurun dibandingkan inflasi inti pada Oktober 2022 yang sebesar 0,16% secara bulanan dan 3,31% secara tahunan.
Kepala Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual mengungkapkan, penurunan inflasi inti pada Oktober justru bisa mencerminkan daya beli masyarakat yang tergerus, sehingga menghambat permintaan.
Baca Juga: Inflasi November 2022 Melandai, Ini Kata Kemenkeu
“Daya beli masyarakat masih belum kuat. Ada inflasi pangan dan harga diatur pemerintah yang tinggi, tetapi tidak diimbangi dengan kenaikan upah,” terang David kepada Kontan.co.id, Jumat (2/12).
Selain itu, dari sisi produksi, David melihat para produsen belum mentransmisikan sepenuhnya kenaikan biaya input kepada masyarakat.
Pasalnya, mereka tahu bila menaikkan harga pada saat ini maka penjualan barang akan terkendala oleh daya beli masyarakat yang belum kuat.
David memperkirakan inflasi inti akan meningkat pada semester I-2023 karena ada penetapan kenaikan upah minimum provinsi (UMP).
Kenaikan UMP digadang mampu menambah daya beli masyarakat, sehingga permintaan pun makin bertambah. Dari perhitungannya, inflasi inti pada paruh pertama 2023 di atas 3% secara tahunan.
Inflasi inti akan kembali melandai pada semester II-2023 untuk bergerak di sekitar 2% secara tahunan. Salah satu hal yang mungkin mendorong melandainya inflasi inti adalah dampak kenaikan suku bunga BI.
Baca Juga: Inflasi Tinggi Masih Berlanjut hingga 2023
Sebagai tambahan informasi, dari data BPS, komoditas yang menyumbang inflasi inti hingga November 2022 adalah emas perhiasan dengan andil 0,1%, disusul sewa rumah dengan andil 0,09%, harga mobil dengan andil 0,08%.
Kemudian ada komoditas kontrak rumah dengan andil 0,07%, sabun deterjen bubuk serta cair dengan andil 0,07%, uang kuliah untuk tingkat akademi dan perguruan tinggi dengan andil 0,06%.
Ada juga nadil dari komoditas nasi dan lauk pauknya sebesar 0,06%, serta asisten rumah tangga dengan andil 0,05%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News