Reporter: Dendi Siswanto | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sebanyak 40 negara, termasuk Indonesia, menerima alokasi dana pandemi atau Pandemic Fund putaran ke-2 dengan total nilai US$ 418 juta.
Adapun, Indonesia memperoleh dana sebesar US$ 24,9 juta. Alokasi dana ini diputuskan dalam Pertemuan Dewan Pandemic Fund ke-14 yang berlangsung di Washington, D.C., Amerika Serikat pada 17 Oktober 2024.
Alokasi terbaru ini merupakan tambahan dari US$ 128,89 juta yang disetujui pada 19 September 2024 untuk lima proyek jalur cepat guna mendukung 10 negara yang terkena dampak Wabah Mpox, sehingga total pendanaan yang diberikan pada putaran kedua menjadi US$ 547 juta.
Baca Juga: Dana US$ 500 Juta untuk Penanganan Mpox
Pendanaan putaran kedua ini juga akan memobilisasi tambahan US$ 4 miliar untuk investasi dalam penguatan kapasitas pencegahan, kesiapsiagaan, dan respons (PPR) di negara-negara penerima manfaat.
“Dengan putaran investasi baru ini, Pandemic Fund sekali lagi menunjukkan peran pentingnya untuk memobilisasi pembiayaan tambahan dan mempromosikan kolaborasi internasional guna menjadikan dunia lebih aman dari pandemi,” kata Ketua Bersama Pandemic Fund, Chatib Basri dan Menteri Kesehatan Rwanda Sabin Nsanzimana dalam keterangan resminya, Jumat (18/20).
Kepala Eksekutif Pandemic Fund, Priya Basu mengatakan bahwa pihaknya senang bahwa Pandemic Fund dapat menyediakan putaran kedua pembiayaan katalitik yang lebih besar ini sebagai respons terhadap permintaan negara yang belum pernah terjadi sebelumnya, dengan keterlibatan begitu banyak mitra internasional dan organisasi masyarakat sipil.
"Ini adalah bentuk solidaritas global yang luar biasa," katanya.
Baca Juga: Pandemic Fund Kucurkan US$ 500 Juta untuk Negara Terdampak Cacar Monyet
Dalam rilis terpisah, proposal Indonesia memiliki nilai paling tinggi oleh Technical Advisory Panel (TAP) dari 146 proposal yang diterima.
Dengan tema Collaborative Approach for Resilient Surveillance and Pandemic Preparedness in Indonesia (CARE-I), proposal tersebut memuat penguatan 6 agenda utama di bidang laboratorium, surveilans, tenaga kesehatan dan komunikasi risiko.
“Ini merupakan kemajuan pesat Pandemic Fund sejak dibentuk pada Presidensi G20 Indonesia. Dana pembangunan bagi Indonesia adalah wujud upaya kolektif dalam memperkuat kapasitas penanganan pandemi dan ancaman kesehatan global di masa depan,” kata Menteri Luar Negeri Retno Masurdi dalam keterangannya.
Program pendanaan ini akan berlangsung dalam durasi tiga tahun, dengan World Bank, WHO, dan FAO sebagai entitas pelaksana (implementing entity).
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) selaku focal point akan mengoordinasikan kolaborasi antar-kementerian dalam implementasinya, terutama untuk pendekatan One Health bersama Kemenko PMK, Kemenlu, Kemenkeu, KLHK, Kementan, dan BRIN.
Baca Juga: Sri Mulyani: ASEAN Bisa Manfaatkan Pandemic Fund untuk Atasi Kesenjangan Kesehatan
“Alokasi hibah ini bukan hanya pengakuan terhadap kesiapan Indonesia, tetapi juga cerminan dari kerja sama lintas sektor dan komitmen seluruh pemangku kepentingan dalam memperkuat ketahanan kesehatan nasional dan global,” kata Menteri Keuangan Sri Mulyani.
Untuk diketahui, Pandemic Fund yang diluncurkan pada November 2022 dalam Presidensi G20 Indonesia, merupakan mekanisme pembiayaan multilateral pertama untuk membantu negara-negara berkembang agar lebih siap menghadapi pandemi pada masa mendatang.
Selanjutnya: Harga CPO Naik 9,74% Sebulan Terakhir, Begini Dampaknya pada Kinerja Emiten Sawit
Menarik Dibaca: Alasan Olahraga Bisa Menurunkan Kadar Gula Darah Anda, Cek di Sini
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News