kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.468.000   -2.000   -0,14%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Indonesia diminta berperan aktif di isu Laut China


Senin, 02 Mei 2016 / 22:25 WIB
Indonesia diminta berperan aktif di isu Laut China


Reporter: Yudho Winarto | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. Perhimpunan Pelajar Indonesia kawasan Amerika dan Eropa (PPI Amerop) mendorong pemerintah Indonesia berperan aktif sebagai mediator atau penengah dalam isu Laut China Selatan. 

Ini merupakan salah satu hasil dari kesepakatan simposium PPI se-Amerika dan Eropa yang berlangsung selama tiga hari, (24 – 26 April lalu), di Rijswijk, Belanda dengan tema Memaknai Kembali Identitas Bangsa dalam Rangka Menghadapi Komunitas ASEAN. Peran pemerintah sebagai penengah ini diharapkan bisa menetralisir konflik yang mungkin muncul dalam isu Laut China Selatan.

Koordinator PPI Amerop Puput Cibro mengatakan bahwa Indonesia harus meneguhkan identitas nasionalnya dalam menghadapi persoalan yang ada di dalam dan di luar negeri. Salah satu identitas nasional dalam politik luar negeri adalah politik bebas dan aktif.

“Salah satu ciri dari politik yang telah menjadi identitas nasional ini adalah aktif dalam mengupayakan perdamaian dunia,” ujarnya melalui keterangan pers yang diterima KONTAN, Senin (2/5). 

Peran ini, lanjut Puput, sangat penting dimainkan oleh pemerintah Indonesia selaku salah satu negara terbesar di kawasan Asia Tenggara. Apalagi, dua negara ASEAN seperti Filipina dan Vietnam termasuk sebagai pihak yang berkonflik dengan China seputar permasalahan ini.

“Indonesia harus bisa menunjukkan dirinya sebagai pemimpin di kawasan ASEAN. Salah satunya adalah mengambil peran sebagai penengah ini,” ujarnya.

Sebagai informasi, PPI Amerop baru saja selesai menyelenggarakan simposium yang dihadiri oleh 27 orang perwakilan PPI se-wilayah Amerika dan Eropa. Mereka berasal dari PPI Belgia, PPI Jerman, PPI Italia, PPI Polandia, PPI Rusia, PPI Estonia, PPI Prancis, PPI United Kingdom, PPI Ceko, PPI Hungaria, PPI Turki, PPI Belanda, PPI Portugal dan PPI Swedia.

Simposium PPI Amerika Eropa merupakan kegiatan simposium tahunan yang diselenggarakan sebagai bagian dari agenda PPI Dunia. Tahun ini, PPI Belanda ditunjuk sebagai tuan rumah kegiatan.

Selain mendorong agar pemerintah Indonesia berperan aktif sebagai penengah dalam sengketa Laut China Selatan, simposium PPI Amerop ini juga menghasilkan sejumlah rekomendasi lain untuk pemerintah dalam rangka menghadapi komunitas ASEAN, yakni mewujudkan ketahanan energi nasional, mendorong pembangunan ekonomi Indonesia dengan memanfaatkan keberagaman potensi daerah, dan mendorong peningkatan kesadaran masyarakat akan pentingnya sertifikasi tenaga kerja.

Duta Besar RI untuk Kerajaan Belanda, I Gusti Agung Wesaka Puja yang sebelumnya juga merupakan mantan Dirjen Kerja sama ASEAN Kementerian Luar Negeri memberikan key note speech sebagai pengantar Simposium PPI Amerika Eropa 2016 ini.

Dalam sambutannya, Puja menekankan bahwa dalam menghadapi pasar ASEAN, Indonesia tidak boleh takut karena secara demografi jumlah penduduk Indonesia lebih banyak sehingga sumber daya manusia yang kompeten pun akan lebih banyak dibandingkan negara-negara lainnya. “Oleh karena itu Indonesia harus bisa menjadi pemimpin dalam Komunitas ASEAN”, pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Berita Terkait


TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×