Reporter: Bidara Pink | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indonesia menjadi tamu undangan dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) forum negara-negara BRICS Di Afrika Selatan.
Sebagai informasi, BRICS merupakan forum dengan negara anggota Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) hadir langsung ke Afrika Selatan, dengan terlebih dahulu melakukan kunjungan ke tiga negara, yaitu Kenya, Tanzania, dan Mozambik.
Dua dari negara BRICS, yaitu China dan India masuk ke dalam jajaran mitra dagang terbesar Indonesia selama ini.
Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan, kunjungan Indonesia tersebut bisa dimanfaatkan untuk mengukuhkan hubungan perdagangan Indonesia lebih lanjut.
"Terlebih, selain dengan China dan India, hubungan perdagangan serta investasi Indonesia dengan negara lainnya cukup rendah," terang Josua kepada Kontan.co.id, Rabu (23/8).
Baca Juga: Xi Jinping di Pertemuan BRICS: Perekonomian China Tangguh!
Dengan demikian, ini akan menambah daftar negara yang bisa dijajaki Indonesia untuk perjanjian perdagangan lebih lanjut.
Sehingga, Indonesia tak akan bergantung dengan negara mitra dagang tradisional seperti China dan Amerika Serikat (AS).
Terlebih, negara-negara tersebut menunjukkan tanda-tanda pelemahan ekonomi sehingga ada ancaman penurunan permintaan dan penurunan volume dagang Indonesia.
Plus, penurunan harga komoditas juga berpotensi menggerus nilai ekspor Indonesia secara keseluruhan.
Namun, Josua mengatakan, potensi perdagangan dengan negara-negara tersebut tak lantas membuat Indonesia harus masuk menjadi anggota BRICS.
"Menjalin hubungan perdagangan tidak salah. Namun, apakah harus masuk BRICS? Ini jadi pertanyaan berikutnya. Harus mempertimbangkan banyak hal," tambah Josua.
Pertimbangan yang dimaksud oleh Josua adalah, terkait dengan tensi geopolitik yang sedang ada. Karena langkah yang akan diambil bila menyangkut geopolitik akan mengandung konsekuensi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News