Reporter: Handoyo | Editor: Uji Agung Santosa
JAKARTA. Penolakan atas produk minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) di beberapa negara seperti Uni Eropa (UE), membuat Pemerintah Indonesia harus memutar otak untuk mencari pasar potensial lain untuk memasarkannya.
Apalagi, negara tetangga produsen CPO seperti Malaysia sangat rajin melakukan perjanjian perdagangan dibidang tertentu atau preferential trade agreement (PTA) kepada negara-negara importir minyak nabati.
Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi mengatakan, salah satu cara untuk terus mendongkrak kinerja ekspor CPO ini adalah dengan memperluas terminal tujuan. Selama ini, ekspor CPO asal Indonesia dikirim melalui Rotterdam, Belanda.
Beberapa negara tujuan ekspor CPO baru yang prospektif untuk ditingkatkan antara lain, Turki, Yunani, Macedonia, Kroasia hingga Italia. "Kita berusaha untuk bisa dapatkan strategi baru di sana," kata Lutfi, akhir pekan lalu.
Lutfi bilang, sebenarnya Turki memiliki potensi pasar yang sangat besar, yakni sebagai hub atau perantara untuk masuk ke Asia Tengah serta beberapa negara di jazirah Arab seperti Iran, Irak dan Syria. Sementara itu, untuk Macedonia merupakan pintu masuk ke Eropa Tengah dan Eropa Timur.
Namun sayang, pemerintah Malaysia sudah menandatangani PTA dengan Turki. Dengan penerapan PTA tersebut Bea Masuk (BM) minyak sawit asal Malaysia ke Turki menjadi menurun dari 31% menjadi 20%, sehingga harga CPO asal Indonesia terancam tidak kompetitif dan lebih mahal sekitar 11%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News