Reporter: Herlina KD | Editor: Djumyati P.
JAKARTA. Krisis ekonomi yang menghantam Eropa dan Amerika Serikat membuat ekonomi dunia melambat. Tapi rupanya negara-negara Asia masih memiliki potensi ekonomi dan sumber likuiditas yang cukup besar. Itulah sebabnya, selain sumber pembiayaan domestik, pemerintah akan mulai melirik dan memanfaatkan sumber pembiayaan di pasar Asia.
Wakil Menteri Keuangan Mahendra Siregar mengatakan saat ini Asia adalah satu-satunya kawasan yang memiliki kondisi ekonomi cukup baik di mana neraca pembayarannya mengalami surplus dan cadangan devisanya cukup besar. "Fiskalnya mayoritas seimbang, sedikit defisit. Tapi Asia memiliki kelebihan saving, jauh lebih besar dari pada kebutuhan investasi,” katanya baru-baru ini.
Meski PDB dari negara-negara berkembang di Asia baru sekitar 25% dari PDB dunia, tapi kontribusi pertumbuhan negara-negara berkembang di Asia terhadap perekonomian dunia mencapai 60%. Nah, dana-dana inilah yang bisa dimanfaatkan Indonesia untuk menarik pembiayaan dari Asia.
Untuk menambal defisit APBN, pemerintah tahun ini telah merencanakan untuk menarik pembiayaan baik dari domestik, maupun dari pasar global. Baru-baru ini, pemerintah telah menerbitkan global bond dengan seri RI0142 yang bertenor 30 tahun senilai US$ 1,75 miliar. Nah, di luar itu, pemerintah juga masih berencana untuk menarik pembiayaan dari pasar internasional melalui sukuk global dan samurai bond.
Direktur Jenderal Pengelolaan Utang Rahmat Waluyanto mengatakan, pemerintah memang menerapkan sistem penarikan di awal tahun (frontloading) untuk menjaring pembiayaan. Nah, setelah menerbitkan global bond, "Samurai Bond dan Global Sukuk masih dalam pipeline untuk 2012," jelasnya Senin (23/1).
Baru-baru ini, Direktur Surat Utang Negara (SUN) Bhimantara Widyajala menjelaskan Untuk Samurai Bond, rencananya pemerintah akan menerbitkannya sekitar kuartal II tahun ini. "Kita harapkan di kuartal II, tapi biasanya kita menghindari Mei, karena di Jepang banyak hari libur. Kalau kuartal II itu kan ada April, Mei, Juni, tapi kita akan menghindari Mei," katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News