Reporter: Diki Mardiansyah | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejak 15 Desember 2022, Indonesia resmi mendirikan Sovereign Wealth Fund (SWF) yang dinamakan Indonesia Investment Authority (INA) atau Pengelola Investasi Indonesia.
INA diberi mandat meningkatkan investasi untuk mendukung pembangunan Indonesia yang berkelanjutan dan membangun kekayaan negara di masa mendatang.
Juru Bicara INA Masyita Crystallin mengatakan, INA memiliki 9 sektor dengan 4 sektor prioritas, yaitu infrastruktur, infrastruktur digital, healthcare, dan renewable energi.
"Dari sisi infrastruktur INA berinvestasi di airport, seaport, dan jalan tol, sementara infrastruktur digital mencakup digital services & platform," kata Masyita kepada Kontan.co.id, Jumat (18/11).
Baca Juga: Ada di Posisi 55, Pendanaan dan Investasi INA Jalan Terus di Tengah Dominasi SWF Asia
Adapun sektor lain yang sesuai dengan investasi INA, antara lain waste management, tourism, teknologi keuangan (lending, payment, commerce), consumer (consumer health, pharmaceutical & FMCG) , serta logistik yang mencakup cold-storage, last-mile logistics dan pergudangan.
Sebagai informasi, per September 2022, total dana kelolaan atau asset under management (AUM) INA telah mencapai US$ 28,5 miliar. Jumlah AUM tersebut berasal dari investasi yang telah digelontorkan INA dan partner di Mitratel dan Proyek Jalan Tol Trans Jawa (JTTJ).
Dilansir dari Bloomberg yang dikutip Sabtu (19/11), Presiden Joko Widodo menargetkan dana kelolaan INA mencapai US$ 200 miliar dalam tiga tahun ke depan.
Adapun Masyita menuturkan, angka bukan menjadi satu-satunya tolok ukur kemajuan. Setiap kesepakatan kerja sama dengan mitra, INA berkomitmen berinisiatif meningkatkan daya saing Indonesia untuk mencapai pembangunan berkelanjutan yang lebih luas dan menumbuhkan kekayaan bagi generasi Indonesia di masa depan.
"Kami bekerja keras untuk mencapai tujuan menumbuhkan kekayaan bagi generasi Indonesia sekarang dan mendatang," ujarnya.
Masyita bilang, kinerja INA telah berprogres dengan baik setelah mendapatkan kesepakatan proyek investasi dan melakukan pembicaraan substansif dengan lebih 100 manajer investasi dan duta besar di seluruh dunia.
Baca Juga: Dapat Investasi Rp 1,86 Triliun, Simak Prospek Saham KAEF
Secara inovasi, INA mengaku berbeda dengan SMF di negara lain karena tidak hanya menginvestasikan modal sendiri, tetapi juga bermitra dengan co-investor terbaik di kelasnya untuk memitigasi risiko dan menghadirkan standar global tertinggi untuk memperkuat perekonomian Indonesia.
"Kami merasa Indonesia sebagai tujuan investasi akan terus memiliki potensi besar di masa depan karena fundamental pertumbuhan jangka panjangnya," tutur Masyita.
Masyita percaya bahwa prospek ekonomi makro jangka panjang akan mendukung investasi di Indonesia. INA optimistis berperan memanfaatkan potensi Indonesia dengan mempercepat pertumbuhan ekonomi untuk membantu mendorong Indonesia sebagai negara berpenghasilan tinggi.
"Bisa dilakukan melalui penyediaan alternatif pembiayaan kepada sektor-sektor strategis yang menjanjikan keuntungan optimal bagi pembangunan ekonomi," sambungnya.