kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.928.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.520   -20,00   -0,12%
  • IDX 6.833   5,05   0,07%
  • KOMPAS100 987   -1,19   -0,12%
  • LQ45 765   1,61   0,21%
  • ISSI 218   -0,33   -0,15%
  • IDX30 397   1,17   0,30%
  • IDXHIDIV20 467   0,48   0,10%
  • IDX80 112   0,13   0,12%
  • IDXV30 114   0,08   0,07%
  • IDXQ30 129   0,38   0,29%

Impor alutsista capai Rp 800 Miliar


Rabu, 21 September 2011 / 18:27 WIB
Impor alutsista capai Rp 800 Miliar
ILUSTRASI. Pentago. REUTERS/Al Drago


Reporter: Muhammad Yazid | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Kemampuan Indonesia dalam memproduksi alat utama sistem persenjataan (alutsista) masih terbilang rendah. Kementerian Pertahanan baru sanggup memproduksi alutsista senilai Rp 1,2 triliun. Itu sebabnya, Indonesia masih harus mendatangkan alutsista dari luar negeri. Tidak tanggung-tanggung, nilainya mencapai Rp 800 miliar.

Hal ini juga diakui oleh tiga perusahaan alutsista BUMN, yakni PT Pindad (Persero), PT DI (Persero), dan PT PAL (Persero). "Kami tidak sanggup jika waktu yang diberikan pemerintah dalam pengadaan alutsista hanya sampai tiga bulan ke depan. Sedangkan kami butuh waktu untuk mempelajari dan memproduksinya," kata Direktur Produk Manufaktur PT Pindad Tri Hardjono usai mengikuti rapat dengar pendapat bersama Komisi I DPR RI, Rabu (21/9).

Dia menjelaskan, teknologi dalam negeri untuk sekarang ini belum mampu membuat senjata kaliber besar maupun senjata berat. "Butuh waktu sekitar empat tahun bagi kami untuk menguasai teknologinya. Sehingga, produksi persenjataan seperti itu adalah jangka panjang," tuturnya.

Sementara, Direktur Aerostruktur PT DI Andi Alisjahbana menambahkan bahwa meskipun teknologi di Indonesia belum memadai, perusahaan dapat saja melakukan kerja sama dalam pembuatannya. "Namun, sayangnya perusahaan luar negeri sama sekali tidak mau membuka local content. Sehingga, peluang kerja sama dalam produksinya sama sekali tidak ada," jelas dia.

Wakil Ketua Komisi I Tubagus Hasanuddin mengutarakan, produksi alutsista di dalam negeri sejatinya membuka peluang lapangan kerja yang luas. Dicontohkan, untuk pengerjaan satu buah kapal dengan kapasitas empat troli akan mampu menyerap hingga 2.500 orang pekerja.

"Sebenarnya kan bagus kalau bisa dikerjakan di dalam negeri. Tapi, angka Rp 1,2 triliun ini menurut saya sudah maksimal dilakukan oleh kita untuk produksi alutsista dalam negeri. Persoalan waktu yang mepet dan ketersediaan suku cadang bisa dimaklumi," ujar Tubagus.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Cara Praktis Menyusun Sustainability Report dengan GRI Standards Strive

[X]
×