Reporter: Bidara Pink | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dana Moneter Internasional (IMF) mengatakan pertumbuhan ekonomi global saat ini masih lemah.
Dikutip dari laman IMF, pertumbuhan ekonomi global diharapkan mencapai 3,2% di tahun 2019 dan 3,5% di tahun 2020. Perkiraan tersebut turun 0,1% dari perkiraan bulan April. Bahkan ini tercatat sebagai penurunan peringkat keempat sejak Oktober.
Memandang proyeksi tersebut, Direktur Eksekutif CORE Indonesia Mohammad Faisal mengatakan, pertumbuhan ekonomi global tahun ini jelas masih lemah. Bahkan hingga tahun depan masih dalam tren slow down.
"Memang perang dagang ini salah satu faktor yang besar. Negara jadi mengurangi perdagangan. Bukan hanya ke Amerika dan Cina, tetapi ke negara-negara lain. Mereka jadi lebih protektif. Hal itu yang menyebabkan perekonomian dunia lesu," kata Faisal pada Rabu (24/7).
Selain perang dagang, hal lain yang mempengaruhi lesunya pertumbuhan ekonomi adalah kondisi geo politik. Faisal menyoroti perihal harga minyak. Bila harga minyak meroket, tentu ini akan menahan pertumbuhan negara-negara karena kebanyakan negara adalah net importir, bukan net eksportir.
Harga minyak tersebut dipengaruhi oleh konsolidasi politik. Ia mencontohkan embargo Amerika terhadap Iran dan juga kebijakan negara-negara OPEC untuk mengurangi produksinya.
Lesunya pertumbuhan ekonomi global ini juga dinilai berdampak besar bagi Indonesia. Apalagi saat ini ekonomi Indonesia sudah lebih terbuka.
Namun, Indonesia dinilai masih relatif aman daripada negara-negara lain yang lebih kecil. Hal ini disebabkan kekuatan ekonomi dalam negeri Indonesia lebih besar dan masih cenderung aman.
"Kalau Indonesia ingin bertahan di situasi global yang sedang memprihatinkan saat ini, Indonesia harus terus memperkuat ekonomi domestik terlebih dahulu," ujar Faisal.
Ekonomi domestik dapat diperkuat dengan menggairahkan insentif fiskal dan pelonggaran moneter, terkait penurunan suku bunga untuk menumbuhkan sektor di dalamnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News