kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

BI: Ekonomi global lebih menurun di semester kedua


Minggu, 21 Juli 2019 / 16:41 WIB
BI: Ekonomi global lebih menurun di semester kedua


Reporter: Adinda Ade Mustami | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - MEDAN. Bank Indonesia (BI) memandang bahwa kondisi ekonomi global di semester kedua tahun ini semakin melambat. Ini akibat dampak perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China.

Deputi Gubernur BI Dody Budi Waluyo mengatakan, AS telah menaikkan tambahan tarif ke 25% untuk nilai perdagangan China ke AS sebesar US$ 200 miliar. Sementara China membalas dengan tambahan tarif sampai 25% untuk nilai perdagangan AS ke China sebesar US$ 60 miliar.

Sementara itu, dalam pertemuan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 Osaka Summit 2019 lalu, AS dan China sepakat untuk membahas lebih lanjut terkait perang dagang tersebut. Sehingga ini berarti perang dagang belum bisa dikatakan selesai.

Sehingga, "Kepastian atas ketidakpastian ini akan membuat ekonomi global melambat. Sekarang ini pasar melihat trade war kemungkinan besar bakal berlanjut," kata Dody, Jumat (19/7) lalu.

Dody juga menyebut, pasar menganggap kebijakan perang tarif tersebut merupakan alat Trump untuk melenggang ke pemilu AS yang dilangsungkan pada tahun depan. "Jadi ini (perang dagang) bisa saja sampai election. Setelah itu seperti apa kita tidak tahu. Kita lihat tahap I sampai 2020,” tambahnya.

Menurut Dody, perlambatan ekonomi akan terjadi secara global dikonfirmasi oleh lembaga internasional seperti IMF. Bahkan, "Mulai semester kedua akan terjadi kondisi (ekonomi global) yang lebih turun," tambahnya. Terutama pada ekonomi AS.

Dampak perang dagang akan membuat perdagangan di negara emerging dan negara maju akan melambat. Dan Indonesia bukan satu-satunya negara yang terdampak persoalan tersebut. Sebab negara maju maupun ASEAN-5 mengalami kinerja ekspor yang menurun.

Ia menambahkan, dampak perang dagang bakal tercermin terhadap kondisi permintaan domestik. Sebab melemahnya konsumsi domestik berkaitan dengan penghasilan. Sementara ekspor Indonesia masih didominasi oleh komoditas. Selain itu, perang dagang juga mempengaruhi produksi sektor industri. Ini yang membuat investasi juga melemah.

Berbagai negara telah memitigasi hal itu baik melalui kebijakan penurunan suku bunga maupun kelancaran likuiditas melalui Giro Wajib Minimum (GWM) sebagaimana yang dilakukan oleh Indonesia. Selain itu, negara juga bisa menempuh kebijakan konvensional seperti quantitative easing.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×