Reporter: Siti Masitoh | Editor: Tri Sulistiowati
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Dampak kenaikan tarif pajak pertambahan nilai (PPN) menjadi 12% yang mulai berlaku pada 1 Januari 2025 dinilai akan mengerek inflasi domestik.
Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Aida Suwandi Budiman menyampaikan, biasanya bila tarif PPN meningkat, maka akan mempengaruhi kenaikan harga.
Bila melihat historis kebelakang, Aida menghitung setidaknya dampak kenaikan tarif PPN tersebut akan menambah inflasi sekitar 0,2%.
“Apakah ini benar? Jawabanya tidak. Karena hasil perhitungan kami dari proyeksinya dia sekitar sedikit di atas dari 1,5%-3,5% dari target inflasi kita pada 2025,” tutur Aida dalam konferensi pers, Rabu (18/12).
Meski begitu, Ia membeberkan, kenaikan harga tidak hanya dipengaruhi oleh tarif PPN saja. Melainkan juga dipengaruhi oleh faktor harga komoditas global. Sehingga ketika harga komoditas global turun, maka harga kebutuhan pokok bisa turun.
Baca Juga: Peluang Pemangkasan Bunga Acuan BI Makin Terbatas
Meski begitu, Aida menyampaikan, BI akan tetap melakukan konsistensi antara kebijakan moneter dalam mengarahkan ekspektasi inflasi agar tetap dalam target sasaran 1,5%-3,5%.
Disamping itu, sinergi pengendalian inflasi TPIP/TPID melalui GNPIP, dan pengaruh base effect harga pangan akan dilakukan untuk menjaga inflasi.
Lebih lanjut, terkait dampaknya ke pertumbuhan ekonomi, Aida juga menyebut dampaknya tidak terlalu besar, yakni sekitar 0,02% hingga 0,03%.
Dampak yang minim ini dinilai berkat adanya sejumlah paket kebijakan pemerintah untuk meredam dampak dari kenaikan PPN.
Sebagai contoh, stimulus yang diberikan adalah memberikan insentif PPN ditanggung pemerintah (DTP) 1%, atau hanya dikenakan tarif 11% saja. Barang-barang pokok yang tetap dikenakan tarif 11% yakni, minyak goreng dengan kemasan Minyakita, tepung terigu dan gula industri.
Kemudian, memberikan bantuan pangan dan beras bagi desil 1 dan 2 ini sebesar 10 kg per bulan. Serta untuk mengurangi beban pengeluaran rumah tangga, daya listrik yang terpasang di bawah atau sampai 2200 volt ampere (VA) diberikan biaya diskon sebanyak 50% untuk 2 bulan.
Baca Juga: Awas Rasio Utang Negara Kembali Meningkat
Selanjutnya: PP Presisi (PPRE) Makin Fokus ke Bisnis Jasa Pertambangan
Menarik Dibaca: Harga Emas Pegadaian Hari Ini 19 Desember: Antam Stagnan, UBS Turun
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News