kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.299.000   5.000   0,22%
  • USD/IDR 16.585   5,00   0,03%
  • IDX 8.258   6,92   0,08%
  • KOMPAS100 1.128   -3,16   -0,28%
  • LQ45 794   -6,53   -0,82%
  • ISSI 295   3,34   1,15%
  • IDX30 415   -3,30   -0,79%
  • IDXHIDIV20 467   -5,39   -1,14%
  • IDX80 124   -0,60   -0,48%
  • IDXV30 134   -0,53   -0,39%
  • IDXQ30 130   -1,48   -1,13%

Hilirisasi Bisnis Rumput Laut Berpeluang Jadi Pendorong Ekonomi Biru di Indonesia


Minggu, 12 Oktober 2025 / 13:16 WIB
 Hilirisasi Bisnis Rumput Laut Berpeluang Jadi Pendorong Ekonomi Biru di Indonesia
ILUSTRASI. Foto udara kawasan budidaya rumput laut di perairan Tamalatea, Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan, Minggu (28/5/2023). Kementerian Kelautan dan Perikanan mencatat capaian penerimaan negara bukan pajak (PNBP) dari pengelolaan ruang laut hingga 5 Mei 2023 mencapai Rp157 miliar atau 47 persen dari target tahun ini sebesar Rp333 miliar. ANTARA FOTO/Arnas Padda/rwa.


Reporter: Ahmad Febrian | Editor: Ahmad Febrian

KONTAN.CO.ID - JAKARTA.  Indonesia merupakan produsen rumput laut terbesar dunia, memasok lebih dari 60% kebutuhan global. Ini peluang menjadikan industri rumput laut menjadi lebih inklusifberdaya saing, dan berkelanjutan.

Indonesia juga bisa mempercepat hilirisasi komoditas strategis ini sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi biru nasional yang berkelanjutan. Maka, Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Standard Chartered, Conservation International dan Konservasi Indonesia meneken kesepakatan mendukung pelaksanaan Indonesia Seaweed Initiative. 

Inisiatif ini  awal kerjasama sektor privat, institusi keuangan, LSM, dan asosiasi bisnis menjawab kesenjangan antara potensi besar industri rumput laut Indonesia dan kondisi aktual di lapangan yang masih memerlukan penguatan ekosistem, integrasi, dan peningkatan nilai tambah.

Baca Juga: KKP Ungkap Rumput Laut Jadi Komoditas Unggulan, Kontribusi 38% Pasokan Global

Dengan hanya 0,8% lahan rumput laut potensial yang dimanfaatkan dan sebagian besar produk ekspor dalam bentuk bahan mentah, butuh terobosan dalam membangun ecosystem enabler yang mengintegrasikan riset, pembiayaan, infrastruktur, dan inovasi industri.

Hilirisasi rumput laut membutuhkan lebih dari sekadar industrialisasi produk. Yang krrusial adalah membangun ecosystem enabler, mengintegrasikan riset terapan, infrastruktur logistik, pembiayaan inovatif, serta transfer teknologi bagi petani.

"Apindo mendorong terbentuknya roadmap bersama lintas sektor yang menempatkan rumput laut sebagai komoditas strategis. Tidak hanya untuk meningkatkan nilai tambah ekspor, juga memperkuat rantai pasok domestik, mengurangi ketergantungan impor bahan baku industri, dan membuka akses pasar global dengan standar keberlanjutan," papar Shinta Kamdani, Ketua Umum Apindo, dalam rilis ke Kontan.co.id, Sabtu (11/10).

Baca Juga: Tingkatkan Ekspor Produk Bernilai Tambah, Kemenperin Genjot Hilirisasi Rumput Laut

Indonesia Seaweed Initiative sendiri bertujuan membangun ekosistem terintegrasi dari hulu ke hilir. Melibatkan sektor swasta, lembaga keuangan, pelaku konservasi, dan asosiasi usaha. 

"Bila berhasil, model proyek ini untuk mendorong pengembangan industri rumput laut lokal dapat diterapkan dan direplikasi di Indonesia maupun di negara lain. Sekaligus membuka peluang invetasi lintas batas dalam skala besar untuk membangun rantai pasok yang berkelanjutan dan berdaya saing global,” ujar Donny Donosepoetro OBE, CEO, Standard Chartered Indonesia.

Potensi sangat besar rumput laut Indonesia tidak akan optimal tanpa dukungan keterlibatan berbagai pihak. Mulai  peningkatan kapasitas petani, riset dan inovasi produk, hingga regulasi yang mendukung industrialisasi.

Melalui Indonesia Seaweed Initiative, pemerintah, pelaku usaha, lembaga keuangan, dan masyarakat sipil  membuka jalan bagi model industri laut baru.

Selanjutnya: Ini Alasan 9 Nama Anggota Komite Reformasi Polri Belum Juga Diumumkan

Menarik Dibaca: 5 Alasan PHK yang Tidak Memberi Pesangon yang Wajib Kamu Ketahui Sekarang!

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×