kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.326.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Harga cabai dan bawang stabil jelang Idul Adha


Rabu, 30 Agustus 2017 / 18:40 WIB
Harga cabai dan bawang stabil jelang Idul Adha


Reporter: Lidya Yuniartha | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - Menjelang Hari Raya Idul Adha yang jatuh pada 1 September, harga komoditas pangan seperti cabai dan bawang belum mengalami kenaikan harga.

Berdasarkan pengakuan beberapa pedagang, dalam beberapa waktu terakhir, harga cabai merah masih berkisar Rp 25.000 - Rp 30.000 per kilogram (kg), harga cabai hijau Rp 18.000 - Rp 20.000 per kg, harga cabai rawit Rp 25.000 per kg, sementara harga bawang merah dan bawang putih Rp 25.000 per kg.

Murtolo, salah satu pedagang di Pasar Palmerah, Jakarta mengungkap, meski menjelang Idul Adha, namun belum ada kenaikan harga dari Pasar Induk Kramat Jati dan tidak ada lonjakan permintaan dari konsumen.

"Belum ada permintaan kenaikan harga dari pasar induk, pasokan juga masih sama, pembeli juga masih stabil," tutur Murtolo, Rabu (30/8).

Hal yang sama diutarakan oleh Amin, salah satu pedagang di Pasar Palmerah, Jakarta. Menurutnya, saat ini belum ada lonjakan harga diakibatkan masih adanya panen raya. Menurut Amin, saat ini dalam satu hari dirinya masih bisa mendapatkan pasokan cabai sebesar 500 - 600 dan bawang sebesar 300 kg.

"Selama masih panen harga tidak akan mahal. Sekarang itu yang mahal justru timun, yang harganya Rp 5.000 menjadi Rp 10.000. Itu dikarenakan pasokannya sedikit. Kalau cabai dan bawang naik Rp 1.000 - Rp 2.000 juga masih wajar," tutur Amin.

Ketua Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (Ikappi), Abdullah Mansuri pun membenarkan pengakuan pedagang-pedagang tersebut. Menurutnya saat ini belum terjadi kenaikan harga karena tidak adanya kenaikan permintaan.

"Bawang dan cabai memang sedang banyak panen, meski begitu harga bisa tetap naik tergantung permintaan. Besok (31/8), kita lihat bagaimana. Saya sulit untuk memprediksi karena daya beli sedang turun," tutur Abdullah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×