kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45893,43   -4,59   -0.51%
  • EMAS1.326.000 1,53%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Harga barang bisa terbang lebih tinggi


Rabu, 09 Januari 2013 / 17:45 WIB
Harga barang bisa terbang lebih tinggi
ILUSTRASI. Bappebti meminta pedagang emas digital perlu terdaftar di Bursa Berjangka dan Lembaga Kliring.


Reporter: Andri Indradie, Sofyan Nur Hidayat, Meylisa Badriyani | Editor: Imanuel Alexander

JAKARTA. Dari berbagai alasan yang dikemukan pebisnis untuk menaikkan harga di tahun ini, ada tiga hal yang selalu muncul. Ketiganya adalah kurs rupiah yang melandai terhadap dollar AS, peningkatan upah minimum provinsi, serta kenaikan tarif listrik.

Ketiga faktor itu memang punya andil di berbagai sektor. Tiap industri jelas butuh tenaga kerja sehingga kenaikan upah minimum akan membuat biaya produksi meningkat. Tiap industri juga membutuhkan energi, termasuk listrik, untuk menggerakkan proses produksi.

Sedang rupiah ikut menggerakkan tuas harga karena banyaknya produk lokal, yang membutuhkan bahan baku impor. Tak cuma produk yang langsung ke konsumen, tetapi juga produk yang menjadi bahan baku untuk produk lain, seperti kemasan. Berikut ulasan tentang pemicu kenaikan harga berbagai produk dan jasa tersebut.

Rupiah melemah

Di awal 2012, rupiah sempat menunjukkan gelagat bergigi, dengan menyentuh kisaran Rp 8.888 per dollar AS pada 25 Januari. Namun, penguatan rupiah tak bertahan lama. Bahkan, rupiah berangsur-angsur melemah hingga ke titik terendahnya, Rp 9.799 per dollar AS.

Para ekonom menilai, pelemahan rupiah merupakan dampak dari defi sit neraca perdagangan karena besarnya impor yang dilakukan para pengusaha. Maklum, impor yang lebih besar menyebabkan permintaan dollar AS pun jadi tinggi sehingga menekan nilai rupiah. Sebab, banyak pengusaha akan mencari dollar AS untuk membayar utang dan membereskan pembayaran impornya.

Dari Januari sampai November 2012, nilai impor mencapai US$ 176,09 miliar atau naik 9,40% dibandingkan impor pada periode yang sama tahun 2011 yang US$ 160,96 miliar.

Pada perbandingan yang sama tersebut, impor bahan baku atau penolong naik 7,87% per tahun, dari US$ 119,34 miliar menjadi US$ 128,73 miliar. Sedang impor barang modal di periode tersebut meningkat 19,74% dari US$ 29,34 miliar menjadi US$ 35,13 miliar.

Kondisi itu berbeda dengan impor barang konsumsi yang malah turun 0,38% dari US$ 12,29 miliar menjadi US$ 12,24 miliar. Data ini menunjukkan, para pengusaha memang masih sangat tergantung dengan bahan impor, terutama bahan-bahan baku untuk industri.

Celakanya, prospek rupiah di tahun ini tak terlalu cerah. Taufan Tito, dealer forex BRI, menilai, pergerakan USD/IDR tidak akan jauh dari kisaran 9.700 hingga 10.000. Jika proyeksi itu terealisasi, berarti kita harus bersiap-siap untuk menyaksikan harga produk terbang lebih tinggi lagi.

Listrik dan gas naik

Di samping rupiah, kenaikan tarif listrik turut menyesakkan benak banyak pebisnis. Pemerintah bermaksud menaikkan tarif listrik selama empat tahap sepanjang 2013, mulai dari awal tahun. Besar kenaikan setiap kuartal sekitar 4,3%.

Dalam setahun, tarif setrum meningkat 15%. Dimulai periode 1 Januari-31 Maret 2013, kemudian 1 April-30 Juni . Selanjutnya, 1 Juli-30 September dan ditutup dengan kenaikan terakhir mulai1 Oktober 2013.

Semua asosiasi industri sudah menghitung, kenaikan tarif listrik akan berdampak ke semua lini usaha, mulai dari Usaha Kecil Menengah (UKM) sampai perusahaan-perusahaan besar.

Kenaikan tarif listrik akan membuat berbagai sektor usaha menaikkan harga. Dari berbagai sektor itu, kata Agus Tjahajana, Direktur Jenderal Kerjasama Industri Internasional Kementerian Perindustrian, yang paling besar terkena dampak kenaikan listrik adalah pabrikan baja serta produsen tekstil.

Yang celaka lagi, listrik bukan satu-satunya energi yang bakal semakin mahal. Pemerintah sudah mengerek harga gas per September tahun lalu. Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman (Gapmmi) Adhi S. Lukman, menegaskan, salah satu
alasan harga makanan akan naik awal tahun ini adalah kenaikan harga energi.

Harga jual gas untuk industri sudah naik sebesar 35% per 1 September dan akan naik lagi pada 1 April 2013 mendatang. Lalu, tarif listrik akan naik 15% sepanjang tahun ini. Biaya energi menyumbang sekitar 12%-15% dari total biaya produksi makanan. "Kalau harga listrik dan gas naik seperti yang terjadi dan direncanakan, biaya produksi kami bisa meningkat 20%", keluh Adhi.

Upah meningkat

Biaya sumber daya manusia yang harus ditanggung akan semakin bertambah berat jika Anda berstatus pebisnis di wilayah DKI Jakarta. Upah Minimum Provinsi (UMP) untuk ibukota per 1 Januari 2013 meningkat sebesar 43,87% menjadi Rp 2,2 juta.

Bagi pengusaha yang bergerak di usaha padat karya, tentu saja, kenaikan UMP menjadi tantangan terbesar karena komponen biaya tenaga kerja porsinya cukup tinggi. Contohnya, sektor industri ritel.

Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APBBI) memproyeksi, akibat kenaikan UMP, service charge untuk tenant pusat perbelanjaan tahun ini naik antara 11%-14%. "Kenyataannya nanti, bisa lebih tinggi dari itu," ujar Wakil Ketua Umum APPBI Sugwantono Tanto.

Terkait listrik, sekarang ini rata-rata service charge di pusat belanja di Jabodetabek sebesar Rp 70.000-Rp 130.000 per m2 per bulan. Komponen biaya listrik bisa mencapai sekitar 10%-60% dari biaya operasional pusat belanja. Sementara porsi biaya tenaga kerja sekitar 30%.

Tak ayal, pengelola pusat belanja memutuskan mengerek tarif service charge untuk tenant. Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Rudy RJ Sumampouw menambahkan, tak ada cara selain menaikkan service charge. Nah, karena kenaikan ini, sudah pasti biaya para tenant di pusat perbelanjaan juga bakal bertambah.

Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Ade Sudrajat menambahkan, industri tekstil akan menaikkan harga hingga 35% akibat dari kenaikan UMP, harga gas, dan tarif listrik. Dari ketiganya, listrik yang paling berpengaruh.

Ade menuturkan, tarif listrik memberi efek bola salju yang cukup signifi kan karena listrik selalu dipergunakan mulai dari proses pembentukan benang hingga menjadi kain utuh. Kenaikan harga energi juga berbuntut hingga sektor properti.

Presiden Direktur Wijaya Karya Realty Muhammad Nawir menegaskan, pihaknya akan menaikkan harga perumahannya minimal 10% dan harga properti high rise seperti apartemen, hotel, dan mal akan naik minimal 10%-20%. Kenaikan tersbut, menurut rencana, akan mulai berlaku sekitar Maret atau April 2013 nanti.

Faktor lain

Masih ada masalah-masalah khas di industri yang juga akan merepotkan pengusaha . Sebut saja di industri rokok yang menghadapi kenaikan tarif cukai 5%-7%. Satu-satunya solusi produsen rokok adalah menaikkan harga jual produknya, lantaran tarif listrik juga naik.

Suhardjo, Sekretaris Jenderal Forum Masyarakat Industri Rokok Seluruh Indonesia (Formasi), meramal, harga rokok akan naik 10-15% tahun ini. Sedangkan di sektor makanan, harga bahan baku yang meningkat menyebabkan beban produksi kian tinggi. Contoh bahan baku yang semakin mahal adalah daging sapi serta aneka kemasan.

Masalah produsen kian pelik karena, di sisi yang lain, kenaikan harga energi juga membuat daya beli konsumen melemah.

***Sumber : KONTAN MINGGUAN 15 - XVII, 2012 Laporan Utama

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×