Reporter: SS. Kurniawan | Editor: Tri Adi
JAKARTA. Asia Pulp and Paper (APP), anak usaha Sinarmas, masih terus melakukan perusakan hutan di Indonesia. Begitu isi laporan terbaru Greenpeace yang merupakan hasil investigasinya di dua kawasan hutan hujan penting di Sumatera, yang diluncurkan kemarin (6/7).
"Komitmen keberlanjutan Sinarmas hanya terjadi di atas kertas dan beberapa merek paling terkenal di dunia ikut meluluhkan bumi dengan membeli produk-produk dari mereka," tegas Bustar Maitar, juru kampanye Hutan Greenpeace Asia Tenggara, dalam peluncuran laporan dengan tajuk Bagaimana Sinar Mas Meluluhkan Bumi.
Itu sebabnya, Greenpeace menyerukan semua perusahaan, seperti hipermarket dan Kentucky Fried Chicken (KPC), untuk berhenti berbisnis dengan Sinarmas segera. "Juga mendesak mereka untuk mengumumkan kepada publik dukungan kepada Pemerintah Indonesia dalam perlindungan menyeluruh terhadap lahan gambut dan penghentian segala perusakan hutan," kata Maitar.
Investigasi baru ini, Maitar menambahkan, juga menggarisbawahi bagaimana upaya Presiden Susilo Bambang Yudhoyono untuk mengurangi emisi gas rumah kaca Indonesia dari deforestasi di bawah kesepakatan dengan Norwegia bisa sia-sia, jika moratorium penebangan hutan tidak memasukkan penghancuran hutan dan lahan gambut yang sudah dan sedang terjadi saat ini. "Jutaan hektare hutan termasuk ratusan ribu hektare yang berada di bawah kekuasaan Sinarmas tidak termasuk dalam kesepakatan Norwegia," ungkapnya.
Direktur Sinarmas Yan Partawijaya menyatakan, kampanye Greenpeace tersebut merupakan bagian dari persaingan usaha global yang melibatkan perusahaan-perusahaan kertas di luar negeri. Nah, "Sinarmas merupakan sasaran antara, tujuan utama mereka adalah Pemerintah RI," kata Yan.
Seharusnya, Yan mengatakan, Greenpeace membuktikan semua tudingan mereka kepada Sinarmas tersebut melalui jalur hukum. "Kami siap karena kami memiliki izin operasi dari berbagai instansi. Lalu, apa kesalahan kami?" ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News