Reporter: Bidara Pink | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Lembaga Riset Goldman Sachs memperkirakan, pertumbuhan ekonomi global melambat pada tahun 2023. Seiring, dengan berbagai ketidakpastian.
Dalam riset Macro Outlook 2023, lembaga tersebut memperkirakan pertumbuhan ekonomi global pada tahun ini hanya akan sebesar 1,8% YoY. Ini lebih rendah dari perkiraan pertumbuhan ekonomi dunia pada tahun 2022 yang sebesar 2,9% YoY
Menurut Goldman Sachs, perkembangan ini juga dipengaruhi oleh beberapa negara adidaya yang berjuang menghadapi ketidakpastian global. Sebut saja Amerika Serikat (AS), yang diperkirakan tumbuh sebesar 1,0% YoY, atau lebih rendah dari perkiraan pertumbuhan 2022 yang sebesar 1,9% YoY.
Baca Juga: Sri Mulyani Songsong Tahun 2023 dengan Optimisme Bercampur Kewaspadaan
Pada tahun ini, AS akan menghadapi pengetatan kebijakan fiskal, inflasi yang tinggi, juga pengetatan kebijakan moneter. Meski banyak yang memperkirakan AS akan jatuh ke jurang resesi pada tahun ini, Godlman Sachs meyakini AS tak akan jatuh ke jurang resesi. Walaupun, ada probabilitas sekitar 35%.
Sebaliknya, negara-negara di Eropa juga Inggris, memiliki potensi besar untuk mengalami resesi. Negara-negara ini terancam mengalami krisis energi sehingga inflasi akan melesat. Tingginya inflasi akan membebani aktivitas konsumsi rumah tangga bahkan kinerja industri pengolahan.
Baca Juga: Ini Beberapa Tantangan Perekonomian Indonesia di 2023
Goldman Sachs memperkirakan, pertumbuhan ekonomi Eropa berada di negatif 0,1% yoy dan perekonomian Inggris terkontraksi 1,2% YoY pada tahun 2023. Sedangkan China diperkirakan mencapai pertumbuhan 4,5% YoY pada tahun 2023. Ini lebih tinggi dari perkiraan pertumbuhan 2022 yang sebesar 3,0% YoY.
Ini seiring dengan perkiraan kebijakan Zero Covid-19 di China akan berakhir pada awal kuartal II-2023, sehingga mendorong aktivitas perekonomian.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News