CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.527.000   14.000   0,93%
  • USD/IDR 15.675   65,00   0,41%
  • IDX 7.287   43,33   0,60%
  • KOMPAS100 1.121   3,73   0,33%
  • LQ45 884   -2,86   -0,32%
  • ISSI 222   1,85   0,84%
  • IDX30 455   -2,30   -0,50%
  • IDXHIDIV20 549   -4,66   -0,84%
  • IDX80 128   0,06   0,05%
  • IDXV30 138   -1,30   -0,94%
  • IDXQ30 152   -0,90   -0,59%

Faisal Basri: Indonesia kian susah berindustri


Kamis, 11 Januari 2018 / 17:35 WIB
Faisal Basri: Indonesia kian susah berindustri
ILUSTRASI. Faisal Basri


Reporter: Ghina Ghaliya Quddus | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Manufaktur menjadi salah satu sektor penyumbang produk domestik bruto (PDB) terbesar Indonesia, tetapi sektor yang tumbuh kencang saat ini bukan sektor manufaktur, melainkan jasa.

Ekonom Universitas Indonesia (UI) Faisal Basri mengatakan, hal ini juga lah yang membuat ekonomi Indonesia mengalami perlambatan sehingga tidak sanggup untuk mengakselerasi pertumbuhan sebesar 6%. Pertumbuhan ekonomi Indonesia sendiri sejak 2013 tumbuh di kisaran 5%.

“Kita lihat pertumbuhan ekonomi di kisaran 5% terus. Infrastruktur dibangun, tetapi tidak berefek. Kalau kita lihat, sektor yang tumbuh kencang dari 17 sektor, enam-enamnya adalah sektor jasa. Sementara, pertaniannya masih keteteran, beras masih jadi masalah, dan industri manufakturnya lambat. Jelek selalu,” katanya di Jakarta, Kamis (11/1).

Namun, Indonesia sudah kian sulit untuk berindustri lantaran manufaktur sekarang kembali lagi ke Amerika Serikat (AS) sebagai penyerap FDI (foreign direct investment) terbesar di dunia

“Kita susah berindustri karena AS adalah surga bagi manufaktur dunia. Bahkan tanpa reformasi pajak,” ucapnya.

Faisal melanjutkan, di industri manufaktur domestik sendiri hanya ada empat sub sektor yang tumbuhnya cemerlang, yakni makanan dan minuman, kimia dan farmasi, industri komputer dan peralatan listrik, dan perlengkapan transportasi. “Industri mebelnya memble. Yang kita punya potensi, malah memble,” ucapnya.

Oleh karena itu, menurut Faisal, IKM Indonesia diharapkan bisa berkonsentrasi kepada pasar dunia, bukan hanya pasar domestik. Sebab, saat ini IKM sudah telihar baik kinerjanya, tetapi baru IKM makanan dan minuman.

“IKM makanan dan minuman telah menyerap 3,75 juta pekerja atau 43% dari seluruh industri. Ini luar biasa,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×