Reporter: Siti Masitoh | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira mengatakan, terdapat beberapa catatan mengenai evaluasi kinerja menteri di bidang ekonomi selama dua tahun pemerintahan Presiden Joko Widodo.
“Pertama, terdapat ketimpangan yang terus meningkat selama 2 tahun Presiden Joko Widodo menjabat ini sudah sangat membahayakan karena jumlah orang kaya yang terus meningkat. Sementara orang yang menjadi pengangguran baru meningkat,” kata Bhima kepada Kontan.co.id, Jumat (22/10).
Bhima menyebut, ketimpangan tersebut tidak hanya karena pandemi Covid-19, melainkan karena juga kebijakan-kebijakan yang dibuat pemerintah seperti, insentif perpajakan yang tidak tepat sasaran, juga beberapa kebijakan perlindungan sosial yang terlambat diberikan selama pandemi juga sangat mempengaruhi.
Tercatat, jumlah orang kaya baru naik 65 ribu, tingkat rasio gini khususnya di perkotaan mencapai 0,4. Menurutnya ketimpangan ini adalah suatu hal yang harus diwaspadai, sebab ketimpangan yang terlalu melebar akan sangat mengganggu stabilitas ekonomi dan politik dalam waktu yang cukup panjang.
Baca Juga: Bukan hanya nilai tambah, ini keutamaan pabrik biodiesel menurut Jokowi
Kedua, terdapat juga penambahan utang yang secara agresif, yakni rasio utang meningkat namun tidak disertai dengan belanja yang produktif. Sebab menurut Bhima telah terjadi kenaikan belanja barang dan pegawai antara 2021 dibandingkan 2019.
Ketiga, mengenai prioritas pembangunan infrastruktur yang tidak tepat sasaran. Menurutnya selama masa pandemi pembangunan yang seharusnya ditunda dan alokasi anggarannya diberikan untuk penanganan pandemi, justru pemerintah terus mendorong alokasi belanjanya untuk infrastruktur.
“Bahkan ada penjaminan kereta cepat Jakarta-Bandung dari dana SILPA, yang sebenarnya harusnya dilakukan secara Business to Business. Ini menjadi satu catatan penting yang harus diperbaiki pemerintah,” kata Bhima.
Keempat, mengenai pertumbuhan ekonomi, Bhima mengatakan pemulihan ekonomi semasa pandemi tidak solid. Sebab pada Kuartal II 2021 pemerintah terlalu terburu-buru melakukan pelonggaran ekonomi, sehingga pada kuartal II ekonominya tumbuh 7,07%, kemudian setelah itu muncul gelombang ke 2 penularan Covid-19 yang mengakibatkan penularan Covid-19 kembali meningkat.