kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Ekspor impor indikasikan ekonomi membaik, tapi..


Jumat, 15 Desember 2017 / 18:20 WIB
Ekspor impor indikasikan ekonomi membaik, tapi..


Reporter: Adinda Ade Mustami | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Nilai ekspor dan impor November 2017 yang masing-masing tercatat sebesar US$ 15,28 miliar dan US$ 15,15 miliar menjadi nilai bulanan tertinggi sejak Oktober 2014. Sepanjang tahun ini saja, baik nilai ekspor maupun impor hampir selalu lebih tinggi dibanding tahun 2016, kecuali di Juni yang mengalami penurunan.

Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira Adhinegara mengatakan, kinerja impor Januari-November 2017 yang tumbuh 15,4% year on year (YoY) dan didorong oleh impor barang konsumsi yang tumbuh 15,19% YoY, menjadi sinyal positif konsumsi rumah tangga. Konsumsi rumah tangga lanjut dia, diharapkan membaik.

Selain itu, impor bahan baku kumulatif Januari-November 3027 yang tumbuh 16,3% YoY dan barang modal sebesar 11,5% YoY juga menunjukkan geliat industri pengolahan mulai ekspansi.

Meski demikian, peningkatan impor tersebut bisa juga dipengaruhi oleh pelemahan kurs rupiah yang terjadi sejak akhir September lalu. Sebab hal itu membuat harga barang impor lebih mahal.

"Kemudian menekan permintaan ekspor non migas karena sebagian bahan baku barang ekspor berasal dari impor. Ini juga membuat harga produk ekspor kurang kompetitif," kata Bhima kepada Kontan.co.id, Jumat (15/12).

Bhima juga memperkirakan pertumbuhan konsumsi rumah tangga tahun ini masih akan berada di kisaran 4,9%-5% YoY dengan pertumbuhan ekonomi nasional tahun ini diperkirakan sebesar 5,05%.

"Tetapi harapannya dengan naiknya impor bahan baku industri jadi indikator pertumbuhan manufaktur di atas 5,6% tahun depan," tambah Bhima.

Dari sisi ekspor, kenaikan yang terjadi pada periode Januari-November 2017 sebesar 17,16% YoY lebih didorong pada kenaikan harga komoditas perkebunan dan pertambahan.

Namun, kinerja ekspor November juga mengindikasikan pemulihan permintaan global masih di bawah ekspektasi. "Ini dibuktikan dari anjloknya ekspor karet, biji besi dan bahan bakar mineral," kata Bhima.

Tak hanya itu, kinerja ekspor November juga mengindikasikan bahwa stok bahan baku industri di China dan beberapa negara sudah mencukupi untuk kebutuhan produksi. Hal ini yang membuat surplus neraca perdagangan bulan November menurun menjadi US$ 127,2 juta.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×