Reporter: Patricius Dewo | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pelemahan nilai tukar rupiah yang terjadi akhir-akhir ini diyakini merupakan imbas global. Karenanya, ekonom menilai dalam jangka pendek, Bank Indonesia akan mempertimbangkan kebijakan yang pre-emptive dalam merespon perkembangan terbaru arah suku bunga AS pasca rapat FOMC 13-14 Juni yang lalu.
Ekonom Permata Bank Josua Pardede mengatakan, Bank Indonesia diperkirakan akan tetap mendorong terjaganya stabilitas makroekonomi Indonesia secara khusus pada stabilitas nilai tukar rupiah dalam jangka pendek dan akan mempertimbangkan kebijakan yang pre-emptive dalam merespon perkembangan terbaru arah suku bunga AS pasca rapat FOMC 13-14Juni yang lalu.
Menurutnya, pelemahan rupiah terhadap dollar AS saat ini lebih disebabkan karena faktor global. Penguatan dollar AS tersebut masih didorong oleh ekspektasi normalisasi kebijakan moneter bank sentral AS serta ketidakapstian isu perang dagang antara Amerika Serikat dan China
Kekhawatiran isu perang dagang tersebut telah mendorong pelemahan Yuan China yang memiliki dampak lanjutan pada sebagian besar mata uang Asia.
Selain fokus dalam stabilisasi rupiah dalam jangka pendek, BI diperkirakan akan memperketat kebijakan moneternya dengan mempertimbangkan pelebaran defisit transaksi berjalan pada tahun 2018 ke level 2,2-2,3% terhadap PDB. "Ini terindikasi dari perkembangan neraca perdagangan yang mencapai defisit US$ 2,8 miliar sepanjang Januari-Mei 2018," ujarnya
Nah, pengetatan kebijakan moneter oleh Bank Indonesia (BI) diperlukan untuk menjaga stabilitas makroekonomi dalam jangka pendek yang diharapkan dapat menahan keluarnya dana asing dari pasar keuangan domestik.
"Secara tahun kalender, investor asing membukukan penjualan bersih sebesar US$ 3,8 miliar baik di pasar saham dan pasar obligasi. Selain memperketat kebijakan moneternya, BI juga akan mengoptimalkan bauran kebijakannya dengan melonggarkan kembali kebijakan makroprudensial yang diharapkan dapat tetap mendorong sisi permintaan kredit perbankan khususnya kredit konsumsi," Kata Josua.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News