Reporter: Vendy Yhulia Susanto | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Badan Pengelola Investasi (BPI) Daya Anagata Nusantara (Danantara) dikabarkan melakukan pembicaraan awal dengan Garuda Indonesia Tbk (GIAA) untuk memberikan suntikan modal.
Hal ini karena maskapai tersebut mengalami kerugian Rp 1,2 triliun pada kuartal pertama 2025.
Menanggapi hal itu, Ekonom Universitas Paramadina Wijayanto Samirin mengatakan, salah satu langkah mendesak bagi Danantara adalah merestrukturisasi BUMN-BUMN bermasalah, seperti Garuda, BUMN-BUMN karya, dan BUMN-BUMN farmasi.
Baca Juga: Danantara Menggandeng Future Fund Australia, Dorong Peluang Investasi Global
"Jika terlambat dilakukan justru akan semakin mahal. Tetapi restrukturisasi harus tuntas, artinya harus menyelesaikan masalah bukan menyembunyikannya," ujar Wijayanto kepada Kontan, Minggu (18/5).
Wijayanto menambahkan, merger beberapa BUMN bermasalah tanpa menyelesaikan akar permasalahan justru akan memperburuk keadaan. Misalnya apa yang terjadi pada BUMN farmasi adalah contoh konkret.
Menurut Wijayanto, kunci sukses restrukturisasi BUMN, di antaranya mengisi BUMN dengan manajemen dan komisaris yang jujur dan handal. Memperbaiki bisnis model agar tetap relevan.
Lalu, rasionalisasi dan efisiensi wajib dilakukan, jika perlu melakukan terminasi BUMN yang tidak relevan. Dalam sektor tertentu, mengundang partner strategis perlu dilakukan, kendatipun Danantara akan kehilangan kontrol mayoritas. Serta menghentikan politisasi BUMN.
"Dalam konteks restrukturisasi, Danantara harus berhati-hati menggunakan pendanaam dari bank-bank BUMN, selain ini berpotensi manarik mereka yang sehat menjadi sakit, ini juga akan merusak reputasi Danantara," jelas Wijayanto.
Selanjutnya: Industri Pergadaian Swasta Tumbuh Pesat, Persaingan Semakin Ketat
Menarik Dibaca: Gaet 8.000 Pelari, BFI RUN 2025 Menularkan Energi Positif Menuju Gaya Hidup Sehat
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News