Reporter: Benedicta Prima | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Keputusan Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) menahan suku bunga acuan BI 7-day reverse repo rate (BI 7-DRRR) pada level 6% dinilai keputusan yang tepat oleh ekonom.
Keputusan Bank Sentral menahan suku bungan dinilai tepat sebab perekonomian domestik memerlukan arus likuiditas untuk mendukung laju pertumbuhan ekonomi.
"Ini bisa dilihat dari kondisi laju kredit yang mulai terbatas karena amunisi dari dana pihak ketiga kurang tumbuh agresif," jelas ekonom Maybank Indonesia Myrdal Gunarto saat dihubungi Kontan.co.id, Kamis (17/1).
Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) pada November 2018 sebesar 7,2% secara tahunan (yoy), menurun dibandingkan dengan pertumbuhan bulan sebelumnya sebesar 7,6% yoy.
Menurutnya, keputusan BI sudah tepat saat tidak alasan kuat untuk melakukan perubahan kebijakan bunga moneter. Inflasi relatif stabil, sementara nilai tukar domestik juga masih bergerak stabil. Suku bunga yang bertahan di level 6% juga akan membawa daya tarik investor global untuk datang menghadirkan arus likuiditas domestik.
Dengan ekspektasi perekonomian global yang lebih realistis dengan kecenderungan pesimis, maka peluang kenaikan suku bunga acuan akan disebabkan oleh kondisi inflasi domestik maupun pergerakan nilai tukar ke depannya.
"Jika inflasi mengalami lonjakan akibat ada rasionalisasi harga komoditas strategis publik, maka itu akan memicu perubahan suku bunga," jelas dia.
Namun bila ada penyesuaian dari kebijakan bunga moneter dari bank sentral utama dunia, maka BI diperkirakan akan mengikuti langkah tersebut. Sebab ada potensi koreksi posisi nilai tukar karena carry trade alias menjual mata uang dengan suku bunga lebih rendah dan membeli mata uang dengan suku bunga yang lebih tinggi di pasar keuangan domestik dari investor global.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News