kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.499.000   -40.000   -2,60%
  • USD/IDR 15.935   -60,00   -0,38%
  • IDX 7.246   -68,22   -0,93%
  • KOMPAS100 1.110   -11,46   -1,02%
  • LQ45 880   -11,76   -1,32%
  • ISSI 222   -0,92   -0,41%
  • IDX30 452   -6,77   -1,48%
  • IDXHIDIV20 545   -7,80   -1,41%
  • IDX80 127   -1,32   -1,03%
  • IDXV30 136   -1,06   -0,77%
  • IDXQ30 150   -2,29   -1,50%

Ekonom: Inovasi bisnis di Indonesia masih kurang


Senin, 15 April 2013 / 14:35 WIB
ILUSTRASI. Hanya Rp 50 jutaan, harga mobil bekas Toyota Vios murah meriah per November 2021. (Tribun Jateng/Hermawan Handaka)


Reporter: Annisa Aninditya Wibawa |

JAKARTA. Untuk memajukan perekonomian Indonesia, Ekonom PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) Destry Damayanti menilai bahwa dalam dunia bisnis ini perlu terus dilakukan inovasi.

"Penting bahwa bagaimana kita fokuskan bisnis pada inovasi," ucapnya, Senin, (15/4).

Ia memberi tahu, World Economic Forum (WEF) mengelompokkan negara ke dalam 3 tingkatan. Pertama adalah factor driven, kedua yaitu efficiency driven, dan ketiga yakni innovation driven. Disebutnya, Indonesia masih berada di tingkat 2. Maka dari itu, perlu didorong inovasi untuk mengarah pada sofistikasi bisnis.

Selain itu, Destry bilang bahwa salah satu alasan inovasi harus perlu terus dikembangkan adalah karena Indonesia merupakan salah satu negara tujuan investasi terbesar di dunia. Menurut majalah The Economist, Indonesia adalah negara tujuan investasi nomor 3 setelah China dan India.

Namun, diakui Destry bahwa masalah global competitive di Indonesia masih rendah. Di sini, Indonesia berada pada peringkat 50, jauh di bawah Malaysia. Dikatakannya, rendahnya global competitiveness ini antara lain diakibatkan faktor edukasi dan efisiensi.

Destry melihat bahwa dalam beberapa waktu belakangan ini, perusahaan-perusahaan sudah banyak berkembang. Pada 2005, perusahaan yang memiliki market cap di atas Rp 100 triliun hanya satu, yakni PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM). Sedangkan saat ini, sudah ada 8 perusahaan yang market capnya di atas jumlah tersebut.

Sedangkan perusahaan yang market cap berkisar antara Rp 50 triliun hingga Rp 100 triliun mencapai 15-20 perusahaan. "Dari ukuran ekonomi dan perusahaan semakin besar. Maka perlu ada inovasi keberlanjutan dari ini," ucap Destry.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Kiat Cepat Baca Laporan Keuangan Untuk Penentuan Strategi dan Penetapan Target KPI Banking and Credit Analysis

[X]
×