kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Ekonom ini pesimistis PEN bisa selamatkan Indonesia dari kontraksi ekonomi


Senin, 24 Agustus 2020 / 17:21 WIB
Ekonom ini pesimistis PEN bisa selamatkan Indonesia dari kontraksi ekonomi
ILUSTRASI. Warga melintas di depan mural bergambar pencegahan penularan Covid-19 di tengah masyarakat di kawasan Tebet, Jakarta, Jumat (21/08). Pemerintah telah mempercepat anggaran di bidang perlindungan sosial dalam program akibat dampak pandemi Covid-19.Program p


Reporter: Abdul Basith Bardan | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ekonom Indef Enny Sri Hartati pesimis program yang dirancang dalam Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) dapat menyelamatkan Indonesia dari kontraksi ekonomi di kuartal III.

Pasalnya konsep dalam program tersebut masih tidak jelas. Hal itu akan berpengaruh kepada efektifitas program bila tidak memiliki konsep yang baik. "Program itu harus jelas dulu konsepnya harus ada kejelasan mana yang dana perlindungan sosial dan mana yang PEN," ujar Enny saat dihubungi Kontan.co.id, Senin (24/8).

Baca Juga: Bantuan Presiden untuk UMK diperuntukkan bagi yang tak penuhi syarat pinjaman bank

Konsep tersebut akan memisahkan antara dana perlindungan sosial dengan PEN. Bila dalam perlindungan sosial, dana tersebut tidak memiliki target pencapaian karena ditujukan untuk masyarakat bertahan.

Sementara dana PEN memiliki target untuk menciptakan efek berganda. Oleh karena itu dana PEN harus dirancang dengan baik agar tepat dapat menyelesaikan masalah. "Seperti kartu prakerja untuk perlindungan sosial tapi targeted, sebaliknya untuk UMKM tapi bentuknya hanya bantuan presiden Rp 2,4 juta," terang Enny.

Enny menjelaskan bahwa UMKM menerima bantuan bukan berdasarkan pada belas kasihan, perlu ada pemberdayaan agar usaha tetap berjalan. Untuk mencapai hal tersebut perlu menyelesaikan masalah yang dihadapi UMKM.

Salah satunya adalah mengenai melemahnya tingkat konsumsi atau permintaan. Hal tersebut yang membuat UMKM lesu sehingga produksi menurun dan likuiditas terganggu.

Baca Juga: Protokol bagi WNI yang keluar dan masuk wilayah RI selama pandemi Covid-19

"Kuncinya efektifitas dana perlindungan sosial mempengaruhi demand, di sisi lain pemulihan ekonomi memperbaiki suplai jadi clear," jelas Enny.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×