kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.894   36,00   0,23%
  • IDX 7.206   65,50   0,92%
  • KOMPAS100 1.108   12,68   1,16%
  • LQ45 879   12,89   1,49%
  • ISSI 221   1,21   0,55%
  • IDX30 449   6,81   1,54%
  • IDXHIDIV20 541   6,16   1,15%
  • IDX80 127   1,52   1,20%
  • IDXV30 135   0,66   0,49%
  • IDXQ30 149   1,88   1,28%

Ekonom Core: Inflasi Masih Jadi Masalah Bagi Perekonomian Indonesia


Kamis, 27 April 2023 / 17:28 WIB
Ekonom Core: Inflasi Masih Jadi Masalah Bagi Perekonomian Indonesia
ILUSTRASI. inflasi masih diproyeksi menjadi masalah bagi ekonomi Indonesia


Reporter: Ferry Saputra | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Center of Reform on Economics (CORE) menilai perekonomian masyarakat Indonesia masih belum pulih sepenuhnya hingga saat ini akibat efek pandemi Covid-19 yang masih terasa ditambah dengan masalah inflasi.

Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Mohammad Faisal mengatakan ekonomi yang belum pulih atau scaring effect masih dirasakan kalangan menengah ke bawah. Hal itu bisa dilihat dari semua indikator, seperti kemiskinan hingga pengangguran. Masyarakat juga terbebani akibat inflasi yang belum mereda sepenuhnya.

"Ketika ekonomi masyarakat belum pulih sepenuhnya, inflasi langsung melonjak naik sejak awal 2022 sampai dengan sekarang. Cuma 2023 memang sudah agak sedikit melemah, hanya saja berturut-turut sudah setahun lebih dan efeknya masih terasa sekarang," ucap dia, Rabu (26/4).

Faisal menerangkan inflasi juga berdampak langsung terhadap sektor industri padat karya. Bisa dilihat sejak akhir tahun lalu sudah terjadi fenomena pemutusan hubungan kerja (PHK).Baca Juga: Likuiditas Perekonomian Justru Menurun di Bulan Ramadan 2023

Selain inflasi, situasi pasar juga turut menyumbang permasalahan tersebut. Faisal menyebut banyak industri yang gagal menjual barang ke Amerika Serikat dan Eropa. Sebab, ada penurunan demand, otomatis berpengaruh di dalam negeri, termasuk kepada pekerja.

"Kalau mereka tidak bisa mempertahankan penjualan, sedangkan biaya produksi naik, itu inflasi kan? Nah, otomatis terjadi layoff," kata dia.

Sementara itu, Faisal juga menyoroti fenomena harga komoditas yang tak setinggi tahun lalu. Dia mengatakan, eksportir komoditas pasti akan mendapat durian runtuh apabila harga tinggi.

Namun, begitu harga turun, otomatis mengarah ke paceklik meski harga tahun ini masih lebih tinggi dibanding prapandemi Covid-19. Akan tetapi, jika dibandingkan tahun lalu, jelas berbeda sangat jauh.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×