Reporter: Adinda Ade Mustami | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Ekonom Bank Permata Josua Pardede memproyeksi, posisi cadangan devisa (cade) Indonesia hingga akhir tahun ini berpotensi meningkat di kisaran US$ 120 miliar-US$ 125 miliar. Angka itu lebih tinggi dibandingkan dengan posisi cadev akhir April 2017 yang diumumkan Bank Indonesia (BI) sebesar US$ 123,2 miliar.
Menurut Josua, kombinasi rencana moneter Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau The Fed yang ingin mengurangi neraca The Fed dan menaikkan suku bunga acuan perlu menjadi pertahatian khusus. Hal tersebut kata Josua, bisa menyebabkan gejolak pada kurs rupiah.
Namun ia meyakini, gejolak yang timbul nantinya tidak akan signifikan. Sebab kata Josua, pengurangan neraca The Fed akan dilakukan secara gradual.
Selain itu, adanya sentimen positif jika Standard and Poor's (S&P) menaikkan peringkat Indonesia menjadi layak investasi (investment grade) bulan ini. Di sisi lain, risiko kenaikan inflasi juga masih terkendali.
"Gejolak rupiah lebih karena faktor eksternal, bukan karena faktor domestik," kata Josua kepada KONTAN, Senin (8/5). Ia memperkirakan, nilai tukar rupiah masih bisa berada di kisaran Rp 13.300-Rp 13.450 per dollar AS.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News