Reporter: Bidara Pink | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengatakan, Indonesia berpotensi masuk zona resesi, karena kemungkinan pertumbuhan ekonomi selama dua kuartal berturut-turut akan berada di zona negatif.
Setelah pertumbuhan melempem dan hanya bisa berada di posisi 2,97% yoy pada kuartal I-2020, pertumbuhan ekonomi di kuartal II-2020 diprediksi Menkeu akan berada di kisaran negatif 3,8% hingga negatif 3,1%.
Baca Juga: Pengamat: Pemerintah perlu fokus jalankan pemulihan ekonomi untuk hindari resesi
Kontraksi diperkirakan berlanjut di kuartal III-2020 dengan pertumbuhan negatif 1,6% hingga 1,4%. Baru nanti berpotensi tumbuh positif pada kuartal IV-2020.
Sejalan dengan Menkeu, Ekonom Bank Permata Josua Pardede juga memprediksi pertumbuhan ekonomi akan berada di zona negatif selama dua kuartal berturut-turut. Menurut asesmennya, pertumbuhan ekonomi kuartal II-2020 akan berada di kisaran minus 3% - minus 4%.
Pada kuartal III-2020, pertumbuhan ekonomi diprediksi masih berada di zona negatif yaitu minus 2% hingga minus 3%, dan baru akan menguat tipis di kuartal IV-2020 di kisaran 0,5% hingga 1,5%.
Baca Juga: Ekonomi Jakarta terpukul pandemi Covid-19, ini resep dari Indef
Kontraksi perekonomian terdalam yang diprediksi akan terjadi di kuartal kedua tahun ini didorong oleh kontraksi konsumsi rumah tangga dan investasi. Apalagi, konsumsi rumah tangga merupakan komponen terbesar dari pertumbuhan ekonomi.
"Konsumsi rumah tangga diperkirakan akan tumbuh negatif dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Ini disebabkna oleh adanya pembatasan aktivitas yang menghambat konsumsi rumah tangga, meski di periode ini terdapat lebaran dan idul fitri," kata Josua kepada Kontan.co.id, Selasa (23/6).
Sementara dari sisi investasi, investor cenderung mempertimbangkan untuk menahan ekspansi bisnisnya serta menunda keputusan berinvestasi di tengah ketidakpastian ekonomi global dan domestik akibat Covid-19.
Kontraksi investasi juag mulai terlihat dari penurunan signifikan penjualan semen yang pada bulan Mei hanya sebesar 3,83 juta ton, terendah sejak pertengahan 2016.