Reporter: Dendi Siswanto | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID-JAKARTA. PT Bank Permata Tbk memprediksi surplus neraca perdagangan menciut pada September 2023.
Ekonom Bank Permata Josua Pardede memperkirakan, surplus neraca perdagangan pada September 2023 berada pada kisaran US$ 2,15 miliar.
Surplus ini turun jika dibandingkan Agustus 2023 yang berada pada US$ 3,13 miliar. "Surplus perdagangan diperkirakan masih akan berlanjut, meskipun diproyeksikan akan menyusut," ujar Josua kepada Kontan.co.id, Kamis (13/10).
Menurutnya, penurunan surplus perdagangan pada September 2023 dipengaruhi kinerja ekspor yang melemah akibat penurunan harga komoditas utama dan potensi risiko perlambatan ekonomi global.
Baca Juga: Neraca Perdagangan Diprediksi Surplus Pada September 2023
"Kinerja impor juga diperkirakan menurun, tetapi tidak sesignifikan ekspor, terutama karena harga minyak dunia yang lebih tinggi dan permintaan domestik yang relatif kuat," katanya.
Sementara itu, ekspor Indonesia pada September 2023 akan mengalami kontraksi sebesar 13,46% yoy secara tahunan dibandingkan kontraksi sebesar 21,21% yoy pada bulan Agustus 2023.
Beberapa faktor yang berkontribusi terhadap kontraksi ekspor tersebut antara lain pelemahan ekonomi Tiongkok dan berlanjutnya penurunan harga komoditas.
Josua memperkirakan, aktivitas impor Indonesia diperkirakan mengalami kontraksi pada tingkat yang lebih rendah dibandingkan ekspor, dengan penurunan 2,59% secara tahunan atau yoy dari 14,77% yoy pada Agustus 2023.
Baca Juga: Paparkan Potensi Indonesia, Wamendag Harapkan Peningkatan Kerjasama Indonesia-Ghana
Pendorong utamanya adalah harga minyak yang lebih tinggi akibat pemangkasan produksi minyak OPEC+ dan konflik Israel-Hamas, serta peningkatan permintaan minyak selama tiga bulan menjelang liburan Natal dan Tahun Baru.
Sementara itu, penurunan kinerja ekspor yang disebabkan oleh penurunan harga komoditas akibat melemahnya permintaan global, diproyeksikan akan diimbangi oleh kinerja impor yang relatif lebih kuat, sebagai konsekuensi ketahanan ekonomi domestik dan kenaikan harga minyak.
"Kami memperkirakan transaksi berjalan pada tahun 2023 akan mencatat defisit kecil sebesar 0,28% dari PDB dari surplus 0,96% dari PDB pada tahun 2022," imbuh Josua.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News