Reporter: Grace Olivia | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Oleh karena itu, Sri Mulyani bilang, dalam penyusunan APBN 2020 beserta asumsi makronya, pemerintah dihadapkan pada banyak ketidakpastian. Banyak indikator makroekonomi yang sangat bergantung pada sentimen-sentimen tadi.
Baca Juga: Inflasi rendah, Indef perkirakan bunga BI akan turun 25 basis poin menjadi 5,5%
Sebut saja nilai tukar rupiah dan harga minyak mentah yang paling utama. Dalam RAPBN 2020, kurs rupiah dipatok Rp 14.400 per dollar AS dan harga minyak ICP sebesar US$ 65 per barel.
Sri Mulyani mengatakan, bukan tak mungkin ketidakpastian global membuat deviasi pada asumsi makro kembali terjadi seperti pada 2018 lalu. “Waktu itu kita meletakkan harga minyak US$ 48, realisasinya di atas US$ 60 per barel. Kurs juga menjadi di atas Rp 14.000 (Rp 13.400 di APBN),” tuturnya.
Baca Juga: Anggaran dana abadi bertambah, Kemenkeu belum tetapkan skema dan pengelolanya
Lantas, dalam proses penyusunan APBN 2020 yang akan berlanjut ini, pemerintah akan tetap cermat dan waspada. Seraya memantai arah kebijakan fiskal dan moneter negara-negara lainnya untuk membaca hawa perekonomian dunia ke depan.
“Ketidakpastian tentu harus waspadai, tetapi kita juga harus mampu kelola ketidakpastian itu. Itulah yang akan terus kita fokuskan menggunakan APBN sebagai instrumen menjaga perekonomian nasional,” tandas Sri Mulyani.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News